TiNewss.com – Sudah menjadi sebuah kebiasaan atau menjadi budaya, jika ada orang yang meninggal suka dipasang bendera kuning di depan rumahnya. Tanda bahwa anggota rumah tersebut sedang berduka dan atau ada orang yang meninggal. Itulah tanda, atau simbol bendera kuning dengan kertas wajit, yang biasa dilakukan masyarakat Sumedang.
Namun simbol itu kini dipakai oleh para pelaku pariwisata di Sumedang. Mengibarkan bendera kuning, sebagai tanda bahwa wisata Sumedang sudah mati.
Ini lebih mengerikan dibandingkan dengan kota lain yang hanya mengibarkan bendera putih, tanda menyerah. Sumedang, menyampaikan kabar. Bukan lagi menyerah, tapi sudah mati.
Hal ini disampaikan oleh berbagai perwakilan organisasi parwisata di Sumedang, baik dari PHRI, ASITA, HPI, Kompepar, PUTRI, BPPD, bahkan dari unsur Budaya yakni DKS, yang kemudian menamakan diri Forum Komunikasi Pariwisata Sumedang (FKPS).
Kepada para jurnalis yang datang ke lokasi pertemuan, ketua FKPS, H. Nana Mulyana sekaligus sebagai juru bicara menyampaikan pesan bahwa kematian pariwisata Sumedang ini terkait dengan merebaknya COVID-19 dibarengi dengan kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada pelaku Pariwisata dan Seni Budaya.
“Perusahaan sudah bangkrut, karyawan sudah banyak yang berhenti, dirumahkan bahkan tanpa pembayaran. Kalaupun dibuka kembali, saat ini hanya ada beberapa yang bisa langsung jalan. Namun itu jauh lebih baik, dibandingkan mati semuanya,” tegas Nana (29/7/2021).