Sumedang, TiNewss.com – Deklarasi Sumedang Destinasi Wisata Kelas Dunia disampaikan Bupati Sumedang H Dony Ahmad Munir, mendapat dukungan dari Anggota DPRD Kabupaten Sumedang, Dr H. Asep Sumaryana. Menurutnya, Sumedang sangat layak menjadi Destinasi Wisata Kelas Dunia. Kenapa tidak ? "Sumedang sejak lama menjadi destinasi pendidikan kelas dunia," jelas Asum (panggilan akrabnya) kepada TiNewss.com, di ruang kerjanya, siang ini (13/1/2020). .
Jatinangor sudah lama menjadi kawasan pendidikan berkelas dunia. Di Jatinangor berdiri perguruan tinggi kelas dunia, ribuan mahasiswa berasal dari berbagai belahan dunia. Kiprah ITB punya visi world class . Setiap tahun tidak kurang dari 7000 mahasiswa baru datang dan belajar di Jatinangor . Itulah destinasi, tempat tujuan orang datang untuk tujuan tertentu. Multiplier dari destinasi pendidikan inilah yg menjadikan Jatinangor tumbuh dan berkembang
Namun demikian, Asum memberi beberapa catatan yang harus diindahkan oleh Bupati dan Pemerintah Kabupaten Sumedang. Saya berharap, kejadian sepuluh tahun terakhir ini tidak terulang lagi di Sumedang. "Bayangkan, sejak 2009 sampai dengan 2019, anggaran promosi Sumedang mencapai 30 M. Itu, catatan saya, walaupun tidak tersurat demikian. Namun apa hasilnya? Hampir tidak ada, dibandingkan Uang yang digelontorkan. Sumedang belum menjadi Destinasi wisata," kata Asum.
“Saya mendukung program Bupati, namun sebagai mitra kerja Bupati, Saya juga memberikan catatan kritis sebagai masukan, agar kejadian masa lalu tidak terulang kembali,” katanya.
Asum kemudian memulai dengan memberikan penjelasan bahwa ada idiom tua, “devil is in the detail” maksudnya ada hal hal detail yang selama ini luput dari perhatian sehingga anggaran berapapun Sumedang sebagai tujuan wisata sulit tercapai. Hal kecil yang dimaksud adalah Konsep Promosi yang secara rinci tidak tertuang detail dalam penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Lebih lanjut Asum memberikan contoh tentang kegiatan Paragliding World Championship and Culture Festival yang diselenggarakan dipenghujung tahun 2019. Kegiatan yang menyedot dana APBD sebesar Rp 1,5 M, APBD Provinsi Rp 807,2 Juta dan Bantuan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga sebesar Rp 420 Juta, sehingga total mencapai Rp 2.7 Milyar lebih, belum yang bersumber dari sponsor. Menurut Asum tidak memberikan dampak signifikan terhadap output dan outcome. “Ini ada dana yang digunakan sebesar Rp 2,7 M plus plus, konsep promosi tidak ada target terukur , penyelengara harusnya EO profesional (swasta) yang kontraknya diberi beban Output dan Outcome, agar terukur,” jelas Asum.