Jangan Ada Lagi Perempuan Putus Sekolah

- Selasa, 14 Februari 2023 | 13:58 WIB
Ilustrasi anak-anak putus sekolah, laki-laki, Bagaimana dengan yang perempuan? (ugm.ac.id)
Ilustrasi anak-anak putus sekolah, laki-laki, Bagaimana dengan yang perempuan? (ugm.ac.id)

TiNewss.Com - Miris, masih banyak perempuan putus sekolah di Indonesia. Dan provinsi Jawa Barat adalah paling banyak.

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat pada tahun ajaran 2020/2021 ada ribuan anak putus sekolah di Indonesia.

Secara spasial, anak putus sekolah paling banyak berada di Jawa Barat dengan jumlah anak sebanyak 10.884 siswa. Jumlah tersebut meliputi anak putus sekolah di tingkatan SD, SMP, SMA dan SMK baik negeri maupun swasta.

Baca Juga: Zodiak Gemini Hari Ini, Selasa 14 Februari 2023 : Rasa Frustasi Akan Mereda, Kemajuan Secara Keseluruhan

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa mereka putus sekolah, seperti persoalan ekonomi, senang bermain hingga menikah dini atau bahkan memilih untuk bekerja.

Lagi-lagi, problem ekonomi menjadi latar belakang perempuan sehingga memutuskan putus sekolah.

Apalagi kini, jenjang SMA dituntut membayar SPP ke sekolah. Di samping beban hidup yang berat secara ekonomi, memilih tetap sekolah tampaknya menjadi 'pilihan mewah' bagi sebagian kalangan.

Baca Juga: Inilah Lulusan 5 Universitas Yang Paling di Cari Dunia Kerja No 1 Ternyata Bukan ITB

Jika tidak kuat secara pemahaman, tentu putus sekolah-lah yang menjadi pilihan.

Sebagai seorang perempuan, turut merasa sangat prihatin terhadap kondisi ini. Padahal, perempuan adalah madrasah ula(sekolah pertama) bagi anak-anak, yang tentunya membutuhkan bekal ilmu yang cukup untuk mendidik anak, generasi penerus peradaban bangsa di masa depan.

Diakui ataupun tidak, penyebab utama problem ekonomi adalah penerapan neoliberalisme saat ini.

Baca Juga: PermenPAN RB No 1 Tahun 2023 Tentang Mekanisme Kenaikan Pangkat Terbaru Jafung PNS

Neo-liberalisme merupakan bentuk baru liberalisme klasik dengan tema-tema pasar bebas, peran negara yang terbatas, dan individualisme (Adams, 2004).

Mahalnya kebutuhan pokok masyarakat semisal biaya pendidikan dan kesehatan, menjadi bukti penerapan sistem ini.

Halaman:

Editor: Rauf Nuryama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Keasyikan Ngonten, Jangan Sampai Lupa Daratan

Kamis, 25 Mei 2023 | 07:44 WIB

Difteri Meninggi, Islam Punya Solusi

Senin, 13 Maret 2023 | 13:03 WIB

Jangan Ada Lagi Perempuan Putus Sekolah

Selasa, 14 Februari 2023 | 13:58 WIB

3 Alasan Perlu Belajar Adab Dulu Sebelum Ilmu

Selasa, 20 Desember 2022 | 14:35 WIB
X