TiNewss.Com - Halo sobat muda TiNewss.Com, sobat yang berada di pulau Jawa pasti mengenal makanan tradisional yang satu ini yaitu Serabi atau di Jawa Barat dikenal dengan nama Surabi atau Sorabi merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Indonesia.
Pakar kuliner, Bondan Winarno mengatakan bahwa kemungkinan makanan Surabi mendapat pengaruh dari budaya kuliner India dan juga Belanda.
Surabi hingga saat ini masih eksis di tengah - tengah masyarakat Jawa karena lebih populer di pulau ini daripada pulau lainnya, disebut sebagai makanan tradisional yang selalu di buru masyarakat.
Baca Juga: Seberapa Banyak Peminat Universitas Indonesia: Cek Peluang Masuk Fakultas Ilmu Komputer
Perlu tahu juga sobat TiNewss.Com bahwa kata Serabi sendiri diambil dari bahasa Jawa, yaitu dari kata "rabi" yang berarti "kawin". Bisa jadi karena proses pembuatan serabi yang cukup sebentar dan tidak terlalu lama maka orang Jawa Barat menyebutnya dengan kata "Surabi".
Surabi dan Serabi meskipun memiliki nama yang hampir sama ternyata kedua kuliner tradisional ini memiliki proses memasak yang berbeda, Serabi yang berasal dari Solo umumnya dimasak menggunakan wajan, sementara itu, Surabi dimasak menggunakan tungku dari tanah liat dan kayu bakar.
Di Bandung sobat TiNewss.Com, surabi sudah merambah perdagangannya berbetuk cafe dengan variasi rasa kekinian sebut saja Waroeng Setiabudhi Surabi dan Baso Kampung di jalan Dr. Setiabudhi no 175 Geger Kalong Bandung, Surabi Durian Geboy jalan Abdul Rahman Saleh no 76 Husein Sastranegara Cicendo Bandung, Surabi Enhaii jalan Dr. Setiabudhi no 189 Geger Kalong Bandung.
Baca Juga: Hubungkan Sumedang-Majalengka, Jembatan Cilutung Kadu Jatigede Segera Dibangun di Tahun 2023
Pun demikian di Sumedang hampir setiap kampung atau desa terdapat tukang jualan Surabi tetapi masih tradisional memakai kayu bakar dan rata - rata bukanya pagi hari.
Demikian pula di Desa Rancapurut Sumedang Utara-Sumedang di sepanjang jalan Raden Umar Wirahadi Kusumah dari mulai Tegal Sari sampai terusan pertigaan Rancapurut berjejer tukang surabi yang jaraknya saling berdekatan sekitar 50 meteran.
Sobat TiNewss.Com jam opersionalnya dari jam 4 sore sampai malam. Rata - rata ramainya di malam hari apalagi malam Minggu dan malam Senin, pengunjung harus bersabar nunggu antrian.
Baca Juga: Desa Cimarga Bakal Jadi Role Model KKN Tematik ITB dalam Pembangunan Desa
Seorang tokoh Desa Rancapurut Wawan Hudawan menuturkan " pengunjung yang datang itu biasanya kebanyakan di malam hari apalagi kalau hari libur bisa antri".
Artikel Terkait
'Surabi Ganteng' Tanjungsari kini Viral
Geliat Kuliner UMKM Kecamatan Cibugel
Surabi Oncom Bu Yati, Kudapan Legendaris Tasikmalaya Bikin Penasaran Wisatawan
Kuliner Viral Awalnya Membuat Orang Penasaran : Kenapa Cepat Viral Tapi Akhirnya Surut dan Tutup ?