[SEMAKIN LAMA DAN SERING SISWA MENGHABISKAN WAKTU MEMPELAJARI BAHASA ASING, SEMAKIN CEPAT DAN BAIK MEREKA MEMPELAJARI BAHASA TERSEBUT]
TiNewss.Com - Bagi banyak pendidik, semakin banyak dan sering mereka mengenalkan anak didiknya bahasa asing, misal bahasa Inggris, mereka berasumsi bahwa akan semakin cepat dan baik anak didik menggunakan bahasa asingnya karena lebih terbiasa.
Inilah alasan mengapa banyak guru yang akhirnya menggunakan bahasa asing dalam melakukan perintah-perintah di dalam kelas. Strategi instruksional merupakan salah satu cara dimana peserta didik menerima berbagai macam instruksi berdasarkan bahasa asing dan mendapatkan dukungan dari situasi kelas.
Misal, guru bisa memberi instruksi: come! (sambil melambaikan tangan), sit (sambil menunjuk kursi), stand up (sambil mendemonstrasikan berdiri). Orangtua juga sebagai pendidik di rumah jangan kalah. Kenalkan anak Anda (bisa dimulai dari usia 2 tahun) dengan perintah sederhana semacam: come, it’s mommy (tunjuk), it’s daddy (tunjuk), sit, close the door (peragakan, contohkan).
Cara guru dan orang tua membiasakan anak belajar bahasa dengan mengenalkan konteks dengan demonstrasi langsung ini dinamakan Total Physical Response (TPR). TPR adalah metode pembelajaran bahasa yang mengkoordinasikan antara bicara dan aksi. Saat yang bersamaan berbicara, saat itu juga diberi contoh dengan aksi.
Program seperti ini sesungguhnya baik dan menguntungkan karena memberi banyak peluang anak berinteraksi dengan bahasa asing. Apalagi jika di sekolah dan di rumah guru beserta orang tua bersama-sama menjalankan program ini secara sinergis.
Baca Juga: Apa itu Pantarlih Pemilu 2024? Berikut ini Waktu Pendaftaran, Persyaratan, Tugas, dan Besaran Honor
Semakin banyak peserta didik mendengar dan menggunakan bahasa asing, maka semakin cepatlah mereka mengembangkan keahlian bahasa asingnya. Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa cara seperti ini memberi hasil yang sama saja, tidak menjadikan anak lantas menguasai bahasa asing dengan lebih cepat dan baik (Cummins, 1981; Ramirez, Yuen dan Ramey, 1991).
Kesimpulan dari para peneliti ini, waktu dan intensitas anak bersentuhan dengan bahasa asing sesungguhnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran bahasa. Hal ini terjadi saat bahasa asing yang dikenalkan ke anak struktur maupun polanya tidak sama dengan bahasa ibu mereka dan mengajarkannya dengan cara yang tidak menarik. Anak malah bosan.
Melihat dari adanya dua fakta yang berlainan ini, direkomendasikan pada orang tua dan guru untuk memperhatikan hal berikut. Pada saat membiasakan anak dengan bahasa Inggris, jangan TERJEMAHKAN artinya, cukup tunjuk makna yang dimaksud.
Baca Juga: Terkuak Pelaku Penembakan di Monterey Park Yang Menewaskan 10 Orang Ternyata Ini
Misal, jangan mengatakan “Nak, kuning itu yellow”, lalu menyuruh anak menuliskannya. Lebih baik perlihatkan warna kuning, tunjuk, lalu sebutkan kata “yellow”. Minta anak mengulang. Cara seperti ini membuat anak tidak bingung karena seolah-olah hanya sedang belajar satu bahasa. Ketika diterjemahkan, anak merasa belajar dua bahasa. Hal ini akan dirasa sulit olehnya dan mungkin menurunkan semangatnya.
Para peneliti juga banyak yang menolak adanya usulan agar bahasa ibunya tidak digunakan sama sekali saat proses pembelajaran bahasa asing. Mengajarkan bahasa Inggris di kelas menggunakan bahasa Inggris full sebagai pengantar juga dirasa kurang baik.
Artikel Terkait
Cara Cepat Belajar Bahasa Inggris
Keajaiban Belajar Bahasa
Tips Memilih Kursusan Bahasa Inggris Untuk Anak Kita
Demam Bahasa Inggris, Bagus?
Mitos Anak Belajar Bahasa Inggris (Part 1)