Liberalisme Biang HIV/AIDS Makin Menggurita

- Senin, 12 Desember 2022 | 19:29 WIB
Ilustrasi Penyakit HIV AIDS (@newsycanuse)
Ilustrasi Penyakit HIV AIDS (@newsycanuse)

 

HIV/AIDS adalah salah satu virus berbahaya mematikan yang perkembangannya sangat cepat di tengah-tengah manusia. Virus tersebut menyerang sistem imun manusia yang menyebabkan daya tahan tubuhnya rapuh terhadap penyakit.

Seks bebas yang dilakukan pezina memicu tertularnya penyakit yang mematikan ini. Tak hanya terhadap pelakunya, virus tersebut bisa menularkan pada pasangannya dan anak-anak yang dilahirkan.

Selain itu, melalui jarum suntik, infus, dan lainnya virus HIV bisa menularkan sehingga penularannya berkali lipat. Hingga detik ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi virus tersebut.

Lalu, apa yang menjadi penyebab HIV/AIDS terus menggurita? Dan apa solusi agar penularan virus HIV bisa dihentikan dan bisa diatasi?.

Data epidemiologi UNAIDS mencatat sebanyak 38,4 juta jiwa mengidap HIV hingga 2021. Sementara, di Indonesia orang hidup dengan HIV ada 543.100 dengan estimasi kasus infeksi baru pada 2021 sebanyak 27 ribu.

Kasus infeksi baru terjadi pada perempuan sebesar 40 persen, pada kelompok remaja (15-24 tahun) lebih dari 51 persen, dan kasus baru pada anak sebesar 12 persen. (Sindonews.com, 28/11/2022)

Sekularisme Liberalisme Akarnya

Agama dipandang sebatas ibadah ritual dan dipisahkan dari kehidupan manusia justru berakibat buruk pada manusia itu sendiri. Inilah paham sekularisme yang menjadi asas negara kita selama ini.

Lihatlah bagaimana kebebasan tanpa dibatasi peran agama nyatanya makin menuai malapetaka. Perilaku yang dikendalikan hawa nafsu, seperti seks bebas, menjadi gaya hidup bagi pemujanya tak hanya dilakukan dengan lawan jenis, tetapi juga sesama jenis menjadi hal yang lumrah terjadi saat ini.

Alhasil, penyakit menular dan mematikan ini tidak bisa dihindari dan dampaknya tidak hanya berbahaya bagi dirinya tetapi pada manusia lainnya.

Liberalisme telah meracuni pemikiran dan perilaku umat Islam. Kesadaran akan hubungannya dengan Allah kini telah terkikis dengan paham tersebut.

Akibatnya, umat Islam tidak lagi merasa takut terhadap ancaman Allah dan dampak yang ditimbulkannya karena kebahagiaan hanya diukur dengan materi tanpa memandang lagi halal dan haramnya.

Kini, seks bebas dipandang tren, penyimpangan seks dianggap normal dan harus diakui sebagai bagian dari hak asasi manusia serta konsumsi narkoba dianggap keren di kalangan generasi muda.

Padahal, perilaku tersebut disinyalir menjadi pintu masuk tumbuh suburnya penularan HIV/AIDS.

Halaman:

Editor: Rauf Nuryama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Difteri Meninggi, Islam Punya Solusi

Senin, 13 Maret 2023 | 13:03 WIB

Jangan Ada Lagi Perempuan Putus Sekolah

Selasa, 14 Februari 2023 | 13:58 WIB

3 Alasan Perlu Belajar Adab Dulu Sebelum Ilmu

Selasa, 20 Desember 2022 | 14:35 WIB

Liberalisme Biang HIV/AIDS Makin Menggurita

Senin, 12 Desember 2022 | 19:29 WIB

Impor Beras Teratasi dengan Ketahanan Pangan Islami

Sabtu, 10 Desember 2022 | 21:27 WIB

Demokrasi Menyuburkan Penista Agama

Senin, 5 Desember 2022 | 10:41 WIB

Puncak Hari Guru Nasional 2022, Guru di Era Kekinian

Kamis, 1 Desember 2022 | 06:45 WIB

SELINGKUH, Kunci Membahagiakan Diri

Selasa, 1 November 2022 | 07:39 WIB

Niru Siapa?

Kamis, 27 Oktober 2022 | 10:58 WIB
X