TiNewss.Com - Kasus Rizaldi alias Ical (22) yang menusuk bocah perempuan sepulang mengaji hanya gara-gara diejek temannya tidak memiliki telepon genggam, lalu berniat merampas telepon genggam sang bocah naas, adalah kisah pilu negeri ini yang wajib menjadi tamparan keras siapapun di jagat raya ini yang memiliki label PENDIDIK.
Orangtua, guru, tokoh pendidikan, pemerintah, tokoh agama, dan semua pihak yang semestinya membuat dunia ini menjadi lebih baik. Mengapa semurah itu nyawa manusia, di tangan makhluk sesama.
Barangkali perlu sejenak direnungkan, penyebab seorang manusia bisa sedemikian keji, melampiaskan amarah bahkan pada orang yang samasekali tidak ia kenal, entah karena panik atau apapun alasannya.
Baca Juga: Mutu atau Mati, Lesti Memilih 'Mati'!
Begitu kerdil jiwanya, seakan tak punya rasa. Kemana larinya akal sehat, nurani, logika? Tidakkah keteduhan surau menyapa Ical kecil dulu?
Bangku sekolah mengkerangkengi nakalnya Ical kecil dulu? Nasihat ayah ibu membatasi baik buruk tindakannya dulu? Bagaimana Ical kecil dibesarkan hingga seakan raga tumbuh tanpa jiwa.
Mendidik, tidak bisa mendadak. Butuh dirancang strateginya, dikawal pelaksanaannya, dimonitor hasilnya, diberi tindak lanjut terhadap reward punishment-nya.
Baca Juga: Purwoceng, Tanaman Asli Indonesia Berkhasiat Tapi Kalah dengan Ginseng Korea, Kenapa?
Mendidik, butuh keikhlasan sang pendidik, apakah itu orang tua, guru, guru ngaji, nenek, kakek, tetangga, siapapun disekitar tumbuh kembang si anak.
Artikel Terkait
Bukan Cocokologi, Ini Kepribadian Golongan Darah O dan Profesi yang Cocok Untuk Kamu
Muhasabah di Hari Maulid Nabi: Mereka yang Terusir dari Telaga Al-Kautsar
Momen Sejarah Penting Yang Menandai Fase Akhir Zaman
Tanda-tanda Akhir Zaman: Isra-Miraj, Sidratul Muntaha, dan Perang Ukraina
5 Ikatan sejarah antara Indonesia dan Palestina, Sudah Terjalin Sejak Zaman Bung Karno