Dalam agama Hindu, akhir zaman ditandai oleh turunnya Wisnu sebagai inkarnasi terakhir yang akan turun di atas kuda putih untuk mengakhiri Kaliyuga.
Dalam ajaran Buddha, Sang Buddha meramalkan ajarannya akan dilupakan setelah 5.000 tahun, diikuti oleh kekacauan. Sebuah Bodhisatwa bernama Maitreya akan muncul dan menemukan kembali ajaran dharma. Kehancuran terakhir dunia akan datang melalui munculnya tujuh matahari.
(wikipeeia.org).
Dalam mitologi Jawa, gagasan mesianik muncul dalam sosok Ratu Adil/Satria Piningit. Bahwa akan datang pemimpin Nusantara yang menjadi penyelamat, keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Dalam tradisi masyarakat Sunda, gagasan mesianik itu disimbolkan secara misterius pada sosok Budak Angon dan Budak Janggotan.
Ruang Lingkup Kajian
Eskatologi Islam dalam Wikipedia berhubungan dengan salah satu aqidah Islam, yaitu meyakini adanya hari akhir, kematian, kebangkitan, mahsyar, pengadilan akhir, surga, neraka, dan keputusan seluruh nasib umat manusia.
Berdasarkan cakupan ini, maka Eskatologi Islam didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan setelah mati. Referensi
Eskatologi Islam sebenarnya tidak hanya membahas tentang kehidupan setelah mati dan kehidupan setelah Kiamat, tetapi juga membahas tentang tentang kondisi dunia di akhir zaman sebelum Kiamat, yakni kajian tentang tanda-tanda Kiamat.
Cakupan kajian Eskatologi Islam yang secara formal dirumuskan sebagai sebuah disiplin ilmu baru dalam Islamic Studies/Dirasah Islamiyah oleh Syekh Imran N. Hosein sejak 21 tahun terakhir, fokus pada kajian tentang kondisi dunia akhir zaman sebelum Kiamat, dan bukan pada kehidupan setelah kematian dan setelah Kiamat.
Terdapat kesamaan di antara Agama-agama dan peradaban besar dunia tentang kondisi akhir zaman, bahwa peradaban besar yang telah menciptakan kekuatan dan senjata dahsyat akan hilang. Sumber daya alam akan habis, dan mereka akan saling bertempur dan hancur. Kemudian manusia akan kembali ke zaman semula, berperang di atas kuda dengan menggunakan pedang, tombak, tameng, zirah dan sejenisnya.
Deskripsi ini sangat mirip dengan narasi dalam Hadits Pohon Gharqad, atau PD IV dalam catatan Einstein.
Itu sebabnya para kritikus juga menyebut Ilmu Akhir Zaman sebagai 'ilmu semu', karena hanya bersifat ramalan.