TiNewss.Com - Ngonten emang asyik banget, Sob. Apalagi banyak yang ngelike dan menghasilkan pundi-pundi cuan. Wiuh..serasa nagih banget.
Yup, hari gini sapa sich yang nggak demen ngonten?! Serasa basi banget bin kuper orang yang nggak doyan ngonten kayak saya gini he..he..
Serius emang bener semua kalangan berasa nggak mau ketinggalan ngonten. Mulai dari remaja baik cewek maupun cowok, aki-aki bahkan nenek-nenek pun nggak mau ketinggalan. Eit, bayi ceprot baru lahir pun ikutan didaftarin ngonten sama emaknya. Bener-bener ngonten seakan sihir dunia nggak ada matinya.
Baca Juga: Tradisi dan Budaya Korupsi Mendarah Daging di Era Materialistik
So, what wrong? Ehm, ga ada yang salah sich dari ngonten. Selain itu salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM), juga bisa mengasah kreatifitas. Apalagi bisa jadi sumber rizky dan pemasukan.
But, yang bikin miris adalah banyak konten-konten nyleneh yang bersliweran di dunia maya. Belum lagi konten berbahaya yang bisa merenggut nyawa. Yang ngelus dada adalah konten cabul bin amoral yang justru merajalela dan menguasai medsos.
Dampak Konten
Nyatanya Sob, ngonten nggak hanya berdampak positif, tapi dampak negatifnya pun banyak. Lebih-lebih konten yang keblabasan dan keblinger.
Baca Juga: Baligo Iwan Bule Bertebaran di Garut, Posisi Dedi Mulyadi di Gerindra untuk Jabar 1 Terancam?
Misalkan, konten mbah-mbah mandi lumpur yang sempat viral beberapa waktu yang lalu, sampai-sampai menginspirasi lahirnya konten-konten "ngemis online" serupa di dumay.
Walaupun konten ini sempat diblokir karena permintaan Kementrian sosial tapi tetap eksis mengalahkan viralnya ritual "mandi kembang" pendangdung Caca Handika. Padahal jelas konten tersebut berbahaya banget buat kesehatan si Embah yang kadang "terpaksa" mandi lumpur sampai tengah malam demi meraup segebok cuan.
Di sisi lain konten serem bin ekstrem juga nggak kalah viral. Sebut saja contohnya, Gadis berinisial W (21) yang berprofesi sebagai pelayan cafe di Leuwilang, Kabupaten Bogor, harus meregang nyawa saat berinisiatif membuat sensasi konten bunuh diri dengan gantung diri. Naasnya, korban terpeleset dari kursi dan wassalam, tewas seketika di rumahnya, pada Rabu (1/3/2023).
Baca Juga: Bupati Siak Terima 2 Penghargaan Sekaligus dari KPK RI, Alfedri: Ini Motivasi Bagi ASN di Siak
Pasca Lebaran, dua kakak beradik yang sedang asyik membuat konten di Pantai Parangratjuk Saptosari, Gunungkidul Yogyakarta juga tidak bisa diselamatkan oleh tim SAR karena tenggelam pada Minggu (30/04/2023).
Belum lagi korban di tahun-tahun sebelumnya juga banyak yang berjatuhan. Rata-rata korban meninggal karena konten prank dan konten ekstrem lainnya.