Tantangan Al-Qur'an Yang Tidak Akan Pernah Terjawab

TiNewss.Com - Al-Qur'an telah menantang mereka yang meragukan statusnya sebagai FirmanNya, untuk membuat apa saja (karangan kesusastraan walaupun sependek tiga kalimat saja) yang bisa menandinginya. Tantangan tersebut tidak pernah dan tidak akan pernah terjawab. 

"Dan jika kamu ragu atas satu bagian saja (dari Kitab ini) (bahwa ini berasal dari Allah) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu Surah (yaitu satu Bab) yang mirip dengannya, dan ajaklah penolong-penolong yang kamu perlukan selain Allah (untuk menolong kamu dan) untuk menjadi saksi kamu - jika ada dasar dari keraguanmu!."

"Dan jika kamu tidak mampu melakukannya, dan (ingatlah) bahwa kamu pasti tidak mampu melakukannya, maka takutlah kamu akan api neraka yang menunggu mereka yang bersikukuh) menolak (status Al-Qur'an ini sebagai Firman Allah Yang Maha Esa). Yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan batu."  (QS. Al-Baqarah: 23-24).

Baca Juga: Sumedang Raih Predikat Kabupaten Informatif, Komisi Informasi Jabar Serahkan Piala Kepada Bupati Sumedang 

Catatan sejarah jelas menunjukkan bahwa Al-Qur'an didiktekan kepada para penulis yang mencatatrya. Pendiktean dilakukan dengan penuh mukjizat dari mulut seorang dari bangsa Arab yang sepanjang hidupnya tinggal di Arab, dan yang tidak bisa baca-tulis. 

Nabi Muhammad SAW tidak pernah belajar di sekolah, dan bahkan tidak bisa mengenali namanya sendiri jika dituliskan. Ini jelaslah suatu keajaiban lagi.

Ketika Al-Qur'an membuat pernyataan bahwa Nabi SAW tidak bisa tulis-baca, ini sebenarnya merupakan peluang emas bagi seseorang jika dapat membuktikan bahwa (Nabi SAW) pernah bisa membaca dan menulis satu huruf saja, sudah cukup untuk menghancurkan pernyataan Al-Qur'an bahwa dirinya adalah Firman Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ada kesalahannya. 

Baca Juga: Jelang Periode Arus Mudik dan Balik Lebaran 1444 H Ini Persiapan Jasa Marga Untuk Tol Cipularang - Padaleunyi 

Dalam kurun waktu seribu empat ratus tahun setelah Al-Qur'an diturunkan, tidak ada satu pun bukti yang bisa diajukan.

Beliau mendiktekan Al-Qur'an dalam kurun waktu 23 tahun yang penuh gejolak, dimana beliau harus hijrah dari kota tempat tinggalnya ke kota lain yang jaraknya beberapa ratus mil. Beliau juga harus memimpin umatnya berperang di beberapa kesempatan untuk melindungi kelompok kecilnya dari mereka yang begitu terobsesi untuk menghancurkannya. 

Beliau akhirnya harus menjadi Kepala Negara. Namun tidak pernah ada bukti bahwa beliau pernah mengedit atau merevisi bagian atau kalimat atau kata yang didiktekannya kepada para penulis selama periode dua puluh tiga tahun tersebut. 

Baca Juga: Bukber, Ketua DPRD Sumedang dengan Santri Al-Hikamussalafiyah 

Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup menulis buku seperti itu, sedikit demi sedikit didiktekan sedemikian lamanya, tanpa adanya proses pengeditan, namun tetap bebas dari kerancuan dan kontradiksi dalam teksnya. 

Tapi tidak demikian halnya dengan Al-Qur'an yang tidak pernah diedit ini, yang disusun dari hasil dikte yang sedikit demi sedikit selama periode dua puluh tiga tahun yang penuh gejolak, tidak terdapat kontradiksi sama sekali, baik dari dalam maupun dari luar. Ini merupakan suatu keajaiban lagi!