TiNewss.Com - Buku ini adalah bagian dari Serial tulisan Syekh Imran Hosein (1942- ) yang didekasikan untuk mengenang Sang Guru yang sangat dihormatinya, yaitu Dr. Maulana Fazlur Rahman Ansari (1914-1974), seorang Hafidz, Filosof dan perintis penulisan Sufistik tentang Dajjal.
Sebuah profil keilmuan Islam yang sangat langka, seorang Hafidz yang juga filosof dan sufi, disamping seorang pegiat dakwah.
Syekh Imran kemudian mengembangkan tulisan yang metodologinya terinspirasi dari gurunya. Dengan latar belakang pendidikan formalnya dalam Islamic Studies, Geopolitik dan Hubungan Internasional, sistem Moneter dan Keuangan Global.
Ditambah pengalamannya selama 5 tahun sebagai diplomat, serta pengalaman memimpin sebuah lembaga Studi Islam sebagai Direktur Studi Islam untuk Komite Organisasi Muslim New York selama 12 tahun.
Latar belakang itulah yang membuat Syekh Imran menjadi satu-satunya Ulama dan Cendekiawan Muslim yang telah merintis cabang pengetahuan baru, yaitu Eskatologi Islam, dan paling konsisten melakukan kajian akademik tentang problem dunia modern yang merupakan sinonim dari dunia akhir zaman dalam perspektif Islam.
Penulis bertemu dengan Maulana Ansari untuk pertama kalinya tahun 1960 di pulau tempatnya berasal, Kepulauan Karibia Trinidad, ketika masih berusia 18 tahun. Pada waktu itu penulis sudah belajar sedikit mengenai sains, dan cukup heran ketika mendengar bahwa seorang Maulana (seorang ulama Islam yang sangat terkemuka) mau berkunjung jauh-jauh ke Trinidad dari Pakistan, dan menyampaikan kuliah di Mesjid Desa Montrose mengenai "Islam dan Sains”. (Mesjid itu kemudian dinamakan Masjid Al-Ansari).
Namun saat itu masih disikapi dengan skeptis, karena waktu itu penulis berpendapat bahwa tidak mungkin ada hubungan antara Islam dan Sains.
Pada malam dimana kuliah tersebut disampaikan, Maulana sungguh membuat kagum karena pengetahuannya yang luas mengenai sains, disamping kedalaman ilmu Islamnya, yang penulis sendiri pada waktu itu masih sangat awam.
Penulis sangat kagum ketika diberitahu bahwa Al-Qur'an telah berulang kali menyerukan pengamatan dan jalan pemikiran induktif yang sekarang diistilahkan sebagai "kajian ilmiah", sebagai suatu metode yang harus dikuasai untuk mendalami dan mengerti realitas dari jagat raya material ini.
Penulis juga merasa kagum ketika mengetahui bahwa pengetahuan yang baru diketemukan dunia beberapa ratus tahun belakangan ini melalui penemuan-penemuan sains modern, seperti embriologi, ternyata sudah ada dalam Al-Qur'an.
Sebelumnya, lebih-lebih lagi merasa kagum melihat Maulana menyampaikan kuliah di Woodford Square di ibu kota Port of Spain, yang berjudul "Islam dan Peradaban Barat" di hadapan hadirin yang memenuhi lapangan tersebut, bersama dengan Perdana Menteri Trinidad dan Tobago pada waktu itu, seorang lulusan Universitas Oxford, Dr. Eric E. Williams, yang duduk di sebelahnya di atas panggung.
Baca Juga: Wabup Husni Berikan Pesan Khusus Dalam Musdalub Lembaga Adat Melayu Riau Kabupaten Siak
Dr. William sendiri sebelumnya telah menyerang Peradaban Barat ini dengan sengit dalam tesis Doktornya yang berjudul "Kapitalisme dan Perbudakan".
Artikel Terkait
Al-Hajjaj, Sosok Kontroversial di Balik Pembagian Juz Al-Qur'an
Ramadhan Mengajari Kita untuk Hidup Bersama Bulan
Ayat-ayat Al-Qur'an adalah Seperti Bintang Bintang di Langit
Baitul Izzah, Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar
Dajjal, Alat Uji Keilmuan Islam