Dajjal, Alat Uji Keilmuan Islam

- Sabtu, 8 April 2023 | 08:56 WIB
Ilustrasi Dajjal,  alat uji keilmuan Islam. (Pixabay)
Ilustrasi Dajjal, alat uji keilmuan Islam. (Pixabay)

TiNewss.Com - Buku "Metodologi untuk Mengkaji Al-Qur'an", semula dirancang sebagai salah satu Bab dari buku "Metodologi untuk Mengkaji Dajjal", Al-Masih palsu. Namun dalam prosesnya kemudian disadari bahwa bagian ini terlalu panjang untuk dibuat sebagai satu bab, sehingga diputuskan untuk menghilangkan bagian-bagiannya yang terkait dengan Dajjal, dan menerbitkannya sebagai suatu buku yang terpisah. 

Namun penulis tidak menyesal melakukannya, karena memang selalu menjadi keinginan sebelumnya untuk mengajar metodologi dasar guna mengkaji Al-Qur'an. Dalam buku ini hanya menuliskan metodologi dasarnya saja. Mereka yang ingin memperdalamnya, dapat mencari buku-buku lain yang membahas tentang metodologi ini.

Bagian "Perkenalan" dengan pemikiran keagamaan seorang ulama Islam yang ternama, Maulana Dr. Muhammad Fazlur Rahman Ansari (1914-1974), Guru Syekh Imran, berisikan informasi penting dan analisa mengenai metodologi yang komplementer dengan buku ini.

Allah Yang Maha Tinggi menyatakan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab agar dapat memicu seseorang untuk berpikir (QS. Yusuf: 2), dan mempelajarinya dengan menggunakan kemampuan rasionalnya. 

Baca Juga: Tenaga Honorer dapat THR, Gubernur Kalimantan Timur: Satu Kali Gaji ... 

Sebagian besar penerjemah Al-Qur'an mengakui bahwa pada dasarnya Al-Qur'an tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain (Lihat esai Muhammad Assad yang berjudul: "Dapatkah Al-Qur'an Diterjemahkan? Diterbitkan oleh Centre Islamique, Geneva, 1964). 

Yang paling bisa dilakukan dalam satu terjemahan adalah hanya dengan memberikan nuansa arti dari bahasa aslinya. 

Buku ini hampir sebagian besar ditulis di bulan Rabi'ul Akhir 1437, ketika penulis sedang melakukan kunjungan singkat ke Geneva Swiss, untuk menjadi pembicara dalam Seminar "Persiapan Menghadapi Perang Nuklir."

Maulana Dr. Fazlur Rahman Ansari (1914-1974), seorang Syaikh Sufi dari Tarekat Qadiriyah, filosof dan ulama yang luar biasa di zaman modern ini, dan merupakan seorang pendakwah yang selalu mengembara, serta seorang guru dan mentor spiritual. 

Perasaan cinta terhadap beliau, dan kekaguman yang tidak habis-habisnya baik kepada keilmuan Islamnya maupun pemikiran filosofisnya, walaupun setelah lebih dari 40 tahun wafatnya, adalah sesuatu yang sangat disyukuri di setiap debu yang berterbangan dari langkah kakinya. 

Syekh Imran memulai penulisan Serial Buku Mengenang Ansari ini pada tahun 1994 ketika masih menjadi warga New York, dan menjabat sebagai Direktur Studi Islam untuk Komite Organisasi Muslim di New York dan sekitarnya. 

Penulisan seri buku ini dibuat guna mengenang Maulana, untuk memberikan hadiah kepada beliau pada peringatan wafatnya yang ke 25.

Baca Juga: Ini Taktik Iwan Bule Sebelum Jadi Cagub Jabar, ... Semua Arahan Prabowo 

Enam buku pertama dari Seri ini diterbitkan di Mesjid Muslim Center di New York yang berlokasi di Flushing Meadows, Queens, New York di tahun 1997, dan sejak saat itu, banyak lagi buku yang ditulis dalam Seri ini. 

Halaman:

Editor: Asep D Darmawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menyingkap Misteri Pelepasan Ya'juj-Ma'juj

Selasa, 18 April 2023 | 04:14 WIB

Adab Pembelajar Al-Qur'an

Sabtu, 15 April 2023 | 20:26 WIB

Metodologi Mempelajari Al-Qur'an bagi Pemula

Sabtu, 15 April 2023 | 10:21 WIB

Tantangan Al-Qur'an Yang Tidak Akan Pernah Terjawab

Selasa, 11 April 2023 | 20:40 WIB

Meraih Taubat Nashuha di Bulan Ramadan

Selasa, 11 April 2023 | 15:22 WIB

Mu'jizat dan Keajaiban Al-Qur'an

Selasa, 11 April 2023 | 04:40 WIB

Dajjal, Alat Uji Keilmuan Islam

Sabtu, 8 April 2023 | 08:56 WIB

Baitul Izzah, Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar

Kamis, 6 April 2023 | 20:46 WIB

Ramadhan Mengajari Kita untuk Hidup Bersama Bulan

Selasa, 4 April 2023 | 17:56 WIB
X