TiNewss.Com - "Setiap manusia memiliki hak asasi untuk merajut impian. Namun, ketika orang-orang kecil menyuarakan cita-cita dan keinginannya, orang besar justru tertawa menganggap itu sebagai guyonan. Lantas itukah definisi adil di dunia?"
Arshelia tidak pernah meminta pada Tuhan untuk terlahir berbeda. Entah apa yang Tuhan janjikan kepadanya, hingga dia setuju untuk terjerat pada lika-liku kehidupan semesta raya.
Ibunya selalu mengatakan bahwa Arshelia memang terlahir spesial. Tidak masalah, nyatanya berani berbeda dengan yang lain itu keren. Meski pada kenyataannya, Arshelia tahu bahwa yang dia alami ini merupakan suatu kelainan.
Baca Juga: Asyiiikkk, Cuti Lebaran 1444H lebih Panjang, Ayo Jadwal Mudik dari Sekarang!
Albinisme atau albino adalah kondisi kelainan sejak lahir yang menyebabkan pengidapnya mengalami kekurangan melanin atau bahkan sama sekali tidak memiliki pigmen tersebut. Oleh sebab itu, warna kulit, rambut dan mata pada pengidap albinisme berwarna pucat dan cenderung berwarna putih.
Diskriminasi kondisi fisik dan perundungan secara verbal sudah Arshelia rasakan sejak kecil. Hal itu membuat dia merasa rendah diri dan tidak berani tampil di depan banyak orang. Bahkan teman-temannya ada yang memberikan julukan si Mayat Hidup-- untuk Arshelia. Karena kulitnya yang putih pucat.
Arshelia tidak terganggu dengan julukan itu. Namun yang membuat Arshelia sakit hati adalah ketika cita-citanya seringkali ditertawakan dan dijadikan sebagai bahan guyonan orang lain. Seolah-olah mimpi besar hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang normal. Orang yang memiliki riwayat kelainan dinilai tidak akan punya masa depan cemerlang. Hanya menjadi beban untuk keluarganya selama dia hidup di dunia.
"Arshel, serius cita-cita lo jadi penulis? Mimpi lo yang realistis aja kali. Biaya penerbitan itu mahal. Kalo buku cetakannya laku sih bagus, lah kalo gak ada yang beli gimana? Malah jadi kayak dapat investasi bodong dong nanti. Kasihan ibu lo tahu. Mending uangnya buat beli keperluan sehari-hari aja," tuding Yuki-- teman sekelasnya. Mendengar ucapan Yuki, teman-temannya tidak segan tertawa.
"Iya, lo buang-buang waktu aja. Tiap ada waktu luang langsung nulis di HP. Pantes aja kacamata lo makin tebel," timpal Nevan menyambung ucapan Yuki.
"Kalo menurut gue sih itu namanya malas berkedok pengorbanan meraih cita-cita. Padahal emang hobinya main HP doang," tuduh Gheovani.
Baca Juga: Ini Lokasi Ngabuburit di Tanjungsari dan di Kota Sumedang yang dipadati Warga pasca Pandemi Covid-19
"Eh, kalian gak boleh gitu. Jahat banget omongannya!" lerai Mizki yang selalu ada di pihak Arshelia.
"Apaan sih lo? Ikut campur mulu. Orang yang diomongin juga diam aja," gertak Yuki.
"Tapi kamu gak berhak menghakimi impian orang lain." Ucapan Mizki hanya menjadi angin lalu bagi Yuki dan sahabat-sahabatnya.
"Ucapan mereka gak usah didengerin, ya, Ar," ujar Mizki pada Arshelia. Arshelia hanya mengangguk pelan dan membisikkan kata terima kasih.