Meskipun demikian ketika sahabatnya itu memaksanya untuk mengungkapkannya, Bayazid berkata: "Pergilah ke tukang cukur terdekat dan mintalah ia untuk mencukur jenggotmu. Bukalah semua pakaianmu kecuali korset yang melingkari pinggangmu."
"Ambillah sebuah kantong yang penuh dengan kenari, gantungkan di lehermu, pergilah ke pasar dan berteriaklah: 'Setiap orang yang memukul tengkukku akan mendapatkan buah kenari. Kemudian dalam keadaan seperti itu pergilah ke tempat para qadhi dan faqih."
"Astaga!" kata temannya, "saya benar-benar tak bisa melakukannya. Berilah cara penyembuhan yang lain."
Baca Juga: Rekap All England 2023 : Fajar/Rian Menjadi Juara All England Untuk Pertama Kalinya
"Itu tadi adalah pendahuluan yang harus dipenuhi untuk penyembuhannya," jawab Bayazid. "Tapi, sebagaimana telah saya katakan padamu, engkau tak bisa disembuhkan."
Alasan Bayazid untuk menunjukkan cara penyembuhan seperti itu adalah kenyataan bahwa sahabatnya itu adalah seorang pengejar kedudukan dan kehormatan yang ambisius. Ambisi dan kesombongan adalah penyakit-penyakit jiwa yang hanya bisa disembuhkan dengan cara-cara seperti itu.
Ibrahim bin Adam dalam doanya berkata: "Ya Allah, di mataku surga itu sendiri masih lebih remeh jika dibandingkan dengan kecintaan kepadaMu dan kebahagiaan mengingat Engkau yang telah Kauanugerahkan kepadaku,"
Baca Juga: All England 2023 : Fajar/Rian Berhasil Menjadi Juara Setelah Kalahkan Ahsan/Hendra 21-17 dan 21-14
Orang yang menduga bahwa mungkin saja untuk menikmati kebahagiaan di akhirat tanpa mencintai Allah, sudah terlalu jauh tersesat, karena inti kehidupan masa yang akan datang adalah untuk sampai kepada Allah sebagaimana sampai pada suatu obyek keinginan yang sudah lama didambakan dan diraih melalui halangan-halangan yang tak terbilang banyaknya.
"Melihat" Allah adalah kebahagiaan terbesar. Tapi jika ia tidak memiliki kesenangan akan Allah sebelumnya, ia tak akan bergembira di dalamnya kelak; dan jika kebahagiaannya bersama Allah sewaktu di alam dunia sangat kecil, maka kelak di akhirat ia pun akan kecil.
Ringkasnya, kebahagiaan kita di masa datang akan sama persis kadarnya dengan kecintaan kita kepada Allah sekarang.
Tetapi na'udzu billah, jika di dalam hati seseorang telah tumbuh suatu kecintaan terhadap sesuatu yang bertentangan dengan Allah, maka keadaan kehidupan akhirat akan sama sekali asing baginya. Dan apa-apa yang akan membuat orang lain bahagia, akan membuatnya bersedih baginya.
Hal ini bisa diterangkan dengan anekdot berikut ini:
Seorang manusia pemakan bangkai pergi ke sebuah pasar yang menjual wangi-wangian. Ketika membaui aroma yang wangi ia jatuh pingsan. Orang-orang mengerumuninya dan memercikkan air bunga mawar padanya, lalu mendekatkan misyk (minyak wangi) ke hidungnya; tetapi ia malah menjadi makin parah.
Artikel Terkait
Kunci Kebahagiaan: Mengenal Dunia (Bagian 7)
Kunci Kebahagiaan: Kebahagiaan dan Penderitaan di Akhirat (Bagian 8)
Kunci Kebahagiaan: Mencintai Allah, Kenali Sebab-sebabnya (Bagian 9)
Tiga Tingkatan Puasa Menurut Al-Ghazali, Ayo Naik Kelas!
Tiga Tingkatan Puasa Menurut Al-Ghazali, Ayo Naik Kelas!