Kunci Kebahagiaan: Kebahagiaan Terbesar yang Bisa Diperoleh Manusia (Bagian 11, Habis)

- Rabu, 22 Maret 2023 | 09:25 WIB
Ilustrasi Ujian dan Tanda-tanda Pencinta Allah (Pixabay)
Ilustrasi Ujian dan Tanda-tanda Pencinta Allah (Pixabay)

TiNewss.Com - Semua muslim percaya bahwa "melihat" Allah adalah puncak kebahagiaan manusia, karena hal ini dinyatakan dalam syariah (QS. Al-Qiyamah: 22-23).

Tetapi bagi banyak orang hal ini hanyalah sekadar pengakuan di bibir belaka yang tidak membangkitkan perasaan di dalam hati. Hal ini bersifat alami saja, karena bagaimana bisa seseorang mendambakan sesuatu yang tidak ia ketahui? 

Bagian ini akan berusaha untuk menunjukkan secara ringkas, kenapa "melihat" Allah merupakan kebahagiaan terbesar yang bisa diperoleh manusia.

Baca Juga: Digitalisasi Sangat Dibutuhkan, Menteri PANRB: Tapi Jangan Berloma Bikin Aplikasi Baru 

Sudah maklum bahwa semua daya manusia memiliki fungsinya sendiri yang ingin dipuasi. Masing-masing punya kebaikannya sendiri, mulai dari nafsu badani yang paling rendah sampai bentuk tertinggi dari pemahaman intelektual. 

Tetapi suatu upaya mental dalam bentuk rendahnya sekalipun masih memberikan kesenangan yang lebih besar daripada kepuasan nafsu jasmaniah. Jadi jika seseorang terserap dalam suatu permainan catur, ia tidak akan ingat makan meskipun berulang kali dipanggil. 

Makin tinggi pengetahuan, makin besarlah kegembiraan tentangnya. Misalnya, kita akan lebih merasa senang mengetahui rahasia-rahasia seorang raja daripada rahasia-rahasia seorang wazir. 

Baca Juga: Denny Indrayana Gelorakan Rakyat untuk Melakukan Kudeta Konstitusional dari Luar Negeri, Ini Alasannya ... 

Karena Allah adalah obyek pengetahuan yang paling tinggi, maka pengetahuan tentangNya pasti akan memberikan kesenangan yang lebih besar daripada yang lain. 

Orang yang mengenal Allah di dunia ini sekalipun, seakan-akan merasa telah berada di surga "yang luasnya seluas langit dan bumi" (QS. Ali Imran: 133). Surga yang buah-buahnya sedemikian nikmat dan tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya untuk memetiknya; dan surga yang tidak menjadi lebih sempit oleh banyaknya orang yang tinggal di dalamnya.

Tetapi nikmatnya pengetahuan masih jauh lebih kecil daripada nikmatnya penglihatan, persis seperti kesenangan di dalam melamunkan orang-orang yang kita cintai jauh lebih sedikit daripada kesenangan yang diberikan oleh penglihatan langsung akan mereka. 

Baca Juga: Fapet UNPAD Terima Kunjungan dari SMAN 2 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi 

Keterpenjaraan manusia di dalam jasad yang terbuat dari lempung dan air ini, dan kesibukannya dengan ihwal inderawi, menciptakan suatu tirai yang menghalangi manusia dari "melihat"Allah, meskipun hal itu tidak mencegah kita dari memperoleh beberapa pengetahuan tentangNya. 

Karena alasan inilah, Allah berfirman kepada Musa di Bukit Sinai: "Engkau tidak akan bisa melihat Ku." (QS. Al-A'raf: 143).

Halaman:

Editor: Maman Supriatman

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menyingkap Misteri Pelepasan Ya'juj-Ma'juj

Selasa, 18 April 2023 | 04:14 WIB

Adab Pembelajar Al-Qur'an

Sabtu, 15 April 2023 | 20:26 WIB

Metodologi Mempelajari Al-Qur'an bagi Pemula

Sabtu, 15 April 2023 | 10:21 WIB

Tantangan Al-Qur'an Yang Tidak Akan Pernah Terjawab

Selasa, 11 April 2023 | 20:40 WIB

Meraih Taubat Nashuha di Bulan Ramadan

Selasa, 11 April 2023 | 15:22 WIB

Mu'jizat dan Keajaiban Al-Qur'an

Selasa, 11 April 2023 | 04:40 WIB

Dajjal, Alat Uji Keilmuan Islam

Sabtu, 8 April 2023 | 08:56 WIB

Baitul Izzah, Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar

Kamis, 6 April 2023 | 20:46 WIB

Ramadhan Mengajari Kita untuk Hidup Bersama Bulan

Selasa, 4 April 2023 | 17:56 WIB
X