TiNewss.Com - Semua muslim percaya bahwa "melihat" Allah adalah puncak kebahagiaan manusia, karena hal ini dinyatakan dalam syariah (QS. Al-Qiyamah: 22-23).
Tetapi bagi banyak orang hal ini hanyalah sekadar pengakuan di bibir belaka yang tidak membangkitkan perasaan di dalam hati. Hal ini bersifat alami saja, karena bagaimana bisa seseorang mendambakan sesuatu yang tidak ia ketahui?
Bagian ini akan berusaha untuk menunjukkan secara ringkas, kenapa "melihat" Allah merupakan kebahagiaan terbesar yang bisa diperoleh manusia.
Baca Juga: Digitalisasi Sangat Dibutuhkan, Menteri PANRB: Tapi Jangan Berloma Bikin Aplikasi Baru
Sudah maklum bahwa semua daya manusia memiliki fungsinya sendiri yang ingin dipuasi. Masing-masing punya kebaikannya sendiri, mulai dari nafsu badani yang paling rendah sampai bentuk tertinggi dari pemahaman intelektual.
Tetapi suatu upaya mental dalam bentuk rendahnya sekalipun masih memberikan kesenangan yang lebih besar daripada kepuasan nafsu jasmaniah. Jadi jika seseorang terserap dalam suatu permainan catur, ia tidak akan ingat makan meskipun berulang kali dipanggil.
Makin tinggi pengetahuan, makin besarlah kegembiraan tentangnya. Misalnya, kita akan lebih merasa senang mengetahui rahasia-rahasia seorang raja daripada rahasia-rahasia seorang wazir.
Karena Allah adalah obyek pengetahuan yang paling tinggi, maka pengetahuan tentangNya pasti akan memberikan kesenangan yang lebih besar daripada yang lain.
Orang yang mengenal Allah di dunia ini sekalipun, seakan-akan merasa telah berada di surga "yang luasnya seluas langit dan bumi" (QS. Ali Imran: 133). Surga yang buah-buahnya sedemikian nikmat dan tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya untuk memetiknya; dan surga yang tidak menjadi lebih sempit oleh banyaknya orang yang tinggal di dalamnya.
Tetapi nikmatnya pengetahuan masih jauh lebih kecil daripada nikmatnya penglihatan, persis seperti kesenangan di dalam melamunkan orang-orang yang kita cintai jauh lebih sedikit daripada kesenangan yang diberikan oleh penglihatan langsung akan mereka.
Baca Juga: Fapet UNPAD Terima Kunjungan dari SMAN 2 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi
Keterpenjaraan manusia di dalam jasad yang terbuat dari lempung dan air ini, dan kesibukannya dengan ihwal inderawi, menciptakan suatu tirai yang menghalangi manusia dari "melihat"Allah, meskipun hal itu tidak mencegah kita dari memperoleh beberapa pengetahuan tentangNya.
Karena alasan inilah, Allah berfirman kepada Musa di Bukit Sinai: "Engkau tidak akan bisa melihat Ku." (QS. Al-A'raf: 143).
Artikel Terkait
Kunci Kebahagiaan: Mengenal Dunia (Bagian 7)
Kunci Kebahagiaan: Kebahagiaan dan Penderitaan di Akhirat (Bagian 8)
Kunci Kebahagiaan: Mencintai Allah, Kenali Sebab-sebabnya (Bagian 9)
Tiga Tingkatan Puasa Menurut Al-Ghazali, Ayo Naik Kelas!
Tiga Tingkatan Puasa Menurut Al-Ghazali, Ayo Naik Kelas!