Kecintaan ini mirip dengan cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar di masa lampau, seperti Imam Malik dan Imam Syafi'i, meskipun kita tidak pernah mengharap untuk menerima keuntungan pribadi dari mereka. Cinta ini merupakan jenis cinta yang tak berpamrih.
Sebab keempat dari kecintaan ini adalah "persamaan" antara manusia dan Allah. Hal inilah yang dimaksudkan dalam sabda Nabi SAW: "Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan diriNya sendiri.”
Lebih jauh lagi Allah telah berfirman: "HambaKu mendekat kepadaKu sehingga Aku menjadikannya sahabatKu, dan ketika Aku telah menjadikannya sahabatKu. Aku pun menjadi telinganya, matanya dan lidahnya."
Memang ini adalah suatu masalah yang agak berbahaya untuk diperbincangkan, karena hal ini berada di balik pemahaman orang-orang awam. Seseorang yang cerdas sekalipun bisa tersandung dalam membicarakan soal ini dan percaya pada inkarnasi dan persekutuan dengan Allah.
Meskipun demikian, "persamaan" yang maujud di antara manusia dan Allah menghilangkan keberatan para ahli Ilmu Kalam yang telah disebutkan di atas itu, yang berpendapat bahwa manusia tidak bisa mencintai suatu wujud yang bukan dari spesiesnya sendiri.
Betapa pun jauh jarak yang memisahkannya, manusia bisa mencintai Allah karena "persamaan" yang diisyaratkan di dalam sabda Nabi di atas.
(Dirangkum dari karya Al-Ghazali, "Alchemy of Happines". Versi Bahasa Indonesia "Kimia Kebahagiaan", 1993).***
----------------------------
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari TiNewss.Com.
Mari bergabung di Grup Telegram "TiNewss.Com", caranya klik link t.me/tinewsschannel (https://t.me/tinewsschannel), kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Telegram (t.me/tinewsschannel (https://t.me/tinewsschannel)***
Artikel Terkait
Sambut Ramadhan 1444 H, Ibu-Ibu Majelis Taklim di Malang Gelar Kajian Khusus, Ini Tujuannya
Kunci Kebahagiaan: Mengenal Allah (Bagian 5)
Rahasia Keberkahan Istighfar Seri Ke-9 : Mendapatkan Kekuatan Dan Kasih Sayang Karena Istighfar
Kunci Kebahagiaan: Jalan Terjal Menuju Puncak Kebahagiaan (Bagian 6)
Kunci Kebahagiaan: Mengenal Dunia (Bagian 7)