Senada dengan Hadits di atas adalah Hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Dunia itu penjara bagi seorang mukmin dan sorga bagi orang kafir”. (HR. Muslim).
Imam Nawawi menjelaskan bahwa semua orang Mukmin di dunia ini dipenjara atau dilarang dari berbagai syahwat yang disukai, yang diharamkan dan dimakruhkan, dibebani dengan melaksanakan ketaatan. Maka jika dia telah meninggal dunia, dia istirahat dari ini, dan kembali menuju perkara yang telah dijanjikan oleh Allah SWT untuknya, berupa kenikmatan abadi dan istirahat yang bebas dari kekurangan.
Sedangkan orang kafir, maka dia mendapatkan kenikmatan di dunia. Jika dia mati, dia menuju siksaan abadi dan penderitaan yang kekal.
Dalam sebuah kisah yang populer disebutkan bahwa sebelum Malaikat Maut mencabut nyawa Nabi Ibrahim, ia berkata kepadanya: "Hai Malaikat Maut, apakah kamu pernah tahu ada seorang kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihnya?"
Malaikat Maut lalu melaporkan kepada Allah. Allah menjawab: "Katakanlah kepada kekasihKu, apakah seorang kekasih tidak suka bertemu dengan kekasihnya?"
Kemudian Izrail kembali kepada Nabi Ibrahim menyampaikan apa yang dikatakan Allah. Mendengar jawaban itu, Nabi Ibrahim berkata kepada dirinya: "Tenanglah diriku untuk saat ini." Lalu Malaikat Maut pun mencabut nyawanya.
Saat Rumi menderita sakit yang sangat serius, para dokter yang mengobatinya tak tahu apa penyebabnya, mereka kehilangan harapan. Namun tidak bagi Rumi. Beliau malah sangat bahagia, sebagaimana dilukiskan dalam puisinya:
“Mengetahui bahwa adalah Engkau yang mengambil kehidupan, kematian menjadi sangat manis. Selama aku bersamaMu, kematian bahkan lebih manis dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri.”
Dalam bukunya yang lain, "Mizan Al-'Amal", Al-Ghazali menjelaskan beberapa alasan mengapa orang takut akan kematian.
Pertama, karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama lagi. Kedua, karena tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai, dengan harta dan kekayaannya. Ketiga, karena tidak tahu keadaan mati akan seperti apa. Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang telah dilakukannya.
Alhasil, manusia takut mati karena tidak pernah ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya. Manusia, kata Ghazali, biasanya ingat kematian hanya kalau ada jenazah lewat di depannya, atau ketika mendengar berita kematian. Seketika itu, ia membaca: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Namun, istirja' yang dibaca itu hanyalah di mulut saja. Ia tidak benar-benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal shaleh.
3) Surat An-Nahl Ayat 96:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْٓا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artikel Terkait
Sambut Ramadhan 1444 H, Ibu-Ibu Majelis Taklim di Malang Gelar Kajian Khusus, Ini Tujuannya
Kunci Kebahagiaan: Mengenal Allah (Bagian 5)
Rahasia Keberkahan Istighfar Seri Ke-9 : Mendapatkan Kekuatan Dan Kasih Sayang Karena Istighfar
Kunci Kebahagiaan: Jalan Terjal Menuju Puncak Kebahagiaan (Bagian 6)
Kunci Kebahagiaan: Mengenal Dunia (Bagian 7)