Kunci Kebahagiaan: Kebahagiaan dan Penderitaan di Akhirat (Bagian 8)

- Sabtu, 18 Maret 2023 | 11:02 WIB
Mencari Kebahagiaan (pixabay)
Mencari Kebahagiaan (pixabay)

 

TiNewss.Com - Bagi semua orang yang percaya pada Al-Qur'an dan As-Sunnah pasti sudah cukup mengetahui tentang nikmat surgawi dan siksa neraka yang akan mengikuti kehidupan ini. Tapi ada suatu hal yang sering terlewatkan, yaitu tentang surga ruhaniah dan neraka ruhaniah. 

Mengenai surga ruhaniah, Allah SWT berfirman: "Mata tidak melihat, tidak pula telinga mendengarnya, tak pernah pula terlintas dalam hati manusia apa-apa yang disiapkan bagi orang-orang yang takwa."1) 

Di dalam hati manusia yang tercerahkan, ada sebuah jendela yang membuka ke arah hakikat-hakikat dunia ruhaniah, sehingga ia mengetahui bukan dari kabar angin atau kepercayaan tradisional, melainkan dengan pengalaman nyata. Segala sesuatu yang menyebabkan kerusakan ataupun kebahagiaan di dalam jiwa, persis sama jelasnya sebagaimana seorang dokter mengetahui apa yang menyebabkan penyakit ataupun yang menyehatkan tubuh. 

Ia tahu bahwa pengetahuan tentang Allah dan ibadah bersifat mengobati dan bahwa kejahilan dan dosa adalah racun-racun maut bagi jiwa. 

Banyak orang, karena mengikuti secara membuta pendapat orang lain, tidak mempunyai keyakinan yang sesungguhnya berkenaan dengan kebahagiaan atau penderitaan jiwa di akhirat. 

Tetapi orang yang mau mempelajari masalah ini dengan pikiran yang tak terkotori oleh prasangka, akan sampai pada keyakinan yang jelas tentang masalah ini.

 Baca Juga: Kunci Kebahagiaan: Mengenal Dunia (Bagian 7)

Bahwa setiap manusia memiliki dua jiwa, yaitu jiwa hewani dan jiwa ruhani. Jiwa ruhani bersifat malaikat. Tempat jiwa hewani ada dalam hati, dari mana jiwa ini menyebar seperti uap halus dan menyelusupi semua anggota tubuh, memberikan tenaga atau kemampuan melihat pada mata, mendengar pada telinga, serta kepada semua anggota tubuh memberikan kemampuan untuk menyelenggarakan fungsi-fungsinya. 

Hal ini bisa dibandingkan dengan sebuah lampu yang cahayanya jatuh pada dinding-dinding ke mana pun ia pergi. Hati adalah sumbu lampu ini, dan jika penyaluran minyaknya diputus karena suatu alasan, maka matilah lampu itu. Seperti itulah kematian jiwa hewani. 

Tidak demikian halnya dengan jiwa ruhani atau jiwa manusiawi. Ia tak terpilahkan dan dengannya manusia mengenali Allah. Boleh dikatakan dialah pengendara jiwa hewani. 

Ketika jiwa hewani musnah, jiwa ruhani tetap tinggal, laksana seorang penunggang kuda yang telah turun, atau seperti seorang pemburu yang telah kehilangan senjatanya. Kuda dan senjata-senjata itu dianugerahkan pada jiwa manusia agar dengan itu semua ia bisa mengejar dan menangkap keabadian cinta dan pengetahuan tentang Allah. 

Jika ia telah berhasil melakukan penangkapan itu, maka bukannya berkeluh kesah, ia malah merasa lega ketika bisa menyingkirkan senjata-senjata itu dan turun dari kuda yang letih itu. 

Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda, "Kematian adalah suatu hadiah Tuhan yang diharap-harapkan oleh para mukminin."2) Tapi celakalah kalau jiwa itu kehilangan kuda dan senjata-senjata pemburunya sebelum berhasil memperoleh hadiah tersebut. Kesedihan dan penyesalannya akan tak terperikan.

Pembahasan yang agak lebih jauh akan menunjukkan betapa bedanya jiwa manusia dari jasad dan anggota-anggotanya. Setiap anggota tubuh bisa rusak dan berhenti bekerja, tapi individualitas jiwa tak terganggu. 

Halaman:

Editor: Asep D Darmawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dajjal dan Hierarki Sistem Waktu Ilahi

Jumat, 31 Maret 2023 | 23:39 WIB

Bulan dan Keseimbangan Sistem Waktu

Kamis, 30 Maret 2023 | 20:31 WIB

Al-Qur'an dan Sistem Waktu Ilahi

Kamis, 30 Maret 2023 | 01:35 WIB

Larangan Memotong Surah dalam Pembacaan Al-Qur'an

Sabtu, 25 Maret 2023 | 20:17 WIB

Ramadhan Bulan Pendidikan

Jumat, 24 Maret 2023 | 17:24 WIB

Ramadhan, Bulan Al-Qur'an

Kamis, 23 Maret 2023 | 03:57 WIB

Pembagian Juz untuk Pembacaan Al-Qur'an Harian

Rabu, 22 Maret 2023 | 18:25 WIB

Kunci Kebahagiaan: Mengenal Dunia (Bagian 7)

Rabu, 15 Maret 2023 | 22:10 WIB
X