TiNewss.Com - Seperti kata pepatah, "tak kenal maka tak cinta". Tak kenal Allah, maka tak cinta Allah. Cinta adalah buah dari kenal. Buah kenal Allah adalah cinta kepadaNya. Cinta adalah benih kebahagiaan. Maka, untuk mencintai Allah, kita mesti kenal Allah, karena mencintai Allah adalah benih kebahagiaan tertinggi.
Dengan demikian, kunci kebahagiaan yang sejati terletak pada pengenalan tentang Allah. Tingkat kebahagiaan seseorang tergantung, atau sesuai dengan, tingkat pengenalannya kepadaNya.
Ada banyak tingkatan pengetahuan yang dapat mengantarkan seseorang untuk mengenal Penciptanya.
Ahli fisika, seperti seekor semut yang merangkak di atas selembar kertas dan mengamati huruf-huruf hitam yang tersebar di atasnya, akan menujukan "sebab" hanya kepada pena saja.
Seorang astronom, seperti seekor semut dengan pandangan agak lebih luas, bisa melihat jari-jari yang menggerakkan pena. Maksudnya, ia mengetahui bahwa unsur-unsur tersebut berada di bawah kekuasaan bintang-bintang, tetapi ia tidak mengetahui bahwa bintang-bintang berada di bawah kekuasaan malaikat-malaikat.
Jadi, sehubungan dengan berbagai tingkat persepsi manusia, perdebatan mesti timbul dalam melacak sebab dari akibat.
Baca Juga: Sambut Ramadhan 1444 H, Ibu-Ibu Majelis Taklim di Malang Gelar Kajian Khusus, Ini Tujuannya
Orang-orang yang matanya tidak pernah melihat ke balik dunia-gejala, adalah seperti orang-orang yang salah menempatkan hamba-hamba dari tingkatan yang paling rendah ke tingkatan raja.
Hukum-hukum tentang gejala-gejala alam mesti tetap, karena jika tidak, tak akan ada sains dan sebagainya. Tetapi untuk menempatkan hamba sebagai majikan adalah suatu kesalahan besar.
Selama perbedaan di dalam fakultas perseptif para pengamat ini masih ada, perdebatan masih akan berlanjut. Bagaikan beberapa orang buta yang mendengar bahwa seekor gajah telah datang ke kotanya, lantas pergi menyelidikinya.
Baca Juga: Bjorka Kembali Muncul, Bocorkan Data Lagi: 7 Data Pada Bulan Maret 2023, Ini Rinciannya... Percaya?
Pengetahuan yang bisa mereka peroleh hanyalah lewat indera perasaan, sehingga ketika seorang memegang kaki sang binatang, yang satu lagi memegang gadingnya dan yang lain telinganya, dan, sesuai dengan persepsi mereka masing-masing, mereka menyatakannya sebagai suatu batangan, suatu tabung yang tebal dan suatu lapisan kapas. Masing-masing mengambil sebagian untuk menyatakan keseluruhannya.
Jadi, ahli fisika dan astronomi mengacaukan hukum-hukum yang mereka tangkap dengan Sang Penetap hukum-hukum.
Artikel Terkait
Sunnah Strategis dalam Perjanjian Hudaibiyah, Jejak Diplomasi Rasulullah yang Brilian dalam Pembebasan Mekah
Kunci Kebahagiaan: Pengetahuan tentang Diri (Bagian 1).
Kunci Kebahagiaan: Pengetahuan tentang Diri (Bagian 2).
Kunci Kebahagiaan: Pengenalan tentang Diri Bagian 3
Kunci Kebahagiaan: Pengenalan tentang Diri, Kunci bagi Pengenalan tentang Allah (Bagian 4)