Mereka tidak lagi memikirkan dampak dari tindakannya yang hanya mengikuti naluri eksistensi diri (garizah baqa') demi kepuasaan sesaat. Memang benar, naluri ingin eksis bagian dari penciptaan manusia yang merupakan karunia dari Allah Swt. Namun, cara pemenuhan naluri tersebut tidak boleh sembarangan tanpa ada aturan.
Kita pun dibuat geleng kepala, mana mungkin pemuda yang memiliki latar belakang pendidikan terbaik, kok bisa melakukan perbuatan layaknya penjahat?
Mereka "patuh" pada perintah atasan tanpa berpikir panjang dari dampak yang dilakukannya. Padahal, ia merupakan bagian dari penegak hukum itu sendiri.
Baca Juga: Pemerintah Targetkan 50 Juta KTP Digitial Gantikan KTP Elektronik, Ini Kelebihan dan Kelemahannya
Sungguh perilaku tersebut merupakan aib besar yang mencoreng institusi penegak hukum yang notabene pelayan dan penjaga keamanan masyarakat.
Jika kasus tersebut dilakukan oleh satu atau dua orang masih dianggap wajar sebagai kesalahan individu. Namun, jika perilaku seperti ini justru makin merajalela dan marak, hal itu menunjukkan ada kesalahan sistematis dan salah satunya yaitu dari sisi sistem pendidikan yang diterapkan selama ini.
Sekularisme Penyebabnya
Kurikulum pendidikan di negeri ini, diketahui setiap waktu terus mengalami perubahan, tetapi sumber daya manusia (SDM) yang diwujudkan masih jauh dari harapan. Ini karena, landasan yang menjadi rujukan pembuatan kurikulumnya tidak berubah yaitu sekularisme.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Gemini Hari Ini, 2 Maret 2023 : Menikmati Kebersamaan dengan Orang Baru
Sekularisme telah nyata membuat pendidikan agama hanya dipandang sebatas ibadah, juga menjadikan pendidikan agama terpisah dengan pendidikan umum.
Akhirnya, jika siswa ingin mendalami agama lebih jauh maka harus memilih madrasah, sebaliknya jika ingin memahami ilmu dunia maka di sekolah umum.
Meskipun, di sekolah umum ada pelajaran agama tetapi dibatasi dari sisi waktu dan materinya. Hasilnya, anak didik tidak memiliki pemahaman yang benar sehingga berdampak pada perilakunya yang jauh dari aturan Islam, karena landasan akidah tidak kuat.
Misalnya, Kurikulum Merdeka tujuan utamanya adalah melahirkan lulusan siap kerja.
Baca Juga: Perses Putri Sumedang Juara Piala Pertiwi 2022/2023 Usai Menang 2-0 atas Persib Putri Bandung
Artinya, prioritas utama dari pendidikan saat ini adalah kebahagiaan dunia (materi) sementara halal-haram ataupun terpuji-tercela tidaklah menjadi acuan dari proses pendidikan tersebut.
Artikel Terkait
Fakta Kang Pipit Preman Pensiun Meninggal Dunia
Siap-siap Preman, Balapan Liar Dan Kejahatan Lainnya Akan Ditindak Polres Sumedang