Tetapi untuk hidup di air, tentu adanya waktu berlatih untuk mengetahui sifat air, struktur tanah waduk, lokasi ikan yang banyak, menggunakan perahu, menjaring, berenang, menyelam, mengolah ikan dan lain-lain.
Sifat di bertani yang selalu bekerja sama, bisa jadi ketika hidup menjadi nelayan waduk akan berbeda. Sifat individual akan lebih cocok, karena mencari ikan di waduk biasanya sendiri-sendiri, baik menjaring, memancing atau melalui alat lain dengan perahu. Ini tentu perubahan yang drastis.
Nelayan waduk akan berbeda dengan nelayan laut. Sifat air waduk dengan sifat air laut akan mempengaruhi sifat manusia yang ada di lokasi tersebut.
Dengan perubahan dari bertani ke nelayan waduk, maka akan terjadi proses perubahan warisan budaya. Sejak penggenangan itu, warisan budaya ke keturunan berikutnya adalah budaya nelayan waduk. Sejak itulah, Jatigede telah melahirkan perubahan warisan budaya bagi masyarakat Jatigede.
Warisan budaya tidak selamanya akan sama pada setiap generasi. Selalu ada warisan budaya yang dipengaruhi berbagai hal.
Menurut Malcolm Gladwell, warisan budaya adalah kekuatan yang hebat. Warisan budaya memiliki akar yang dalam dan hidup yang panjang. Mereka bertahan dari generasi ke generasi berikutnya, terus tertanam. ***