Kehidupan yang tidak adil antara mereka yang kaya dan tidak, sangat menyolok. Sehingga, sebagian kalangan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan. Sementara yang lain, berkelimpahan.
Kapitalisme menjadikan kepuasan materi (harta) sebagai tujuan, keserakahan menjadi dominan, sehingga pembangunan yang dijalankan seringkali tidak memperhatikan efek terhadap sanitasi lingkungan. Akibatnya, polusi dimana-mana.
Kapitalisme yang diusung generasi sebelumnya, nyatanya tidak mampu menjadi solusi, malah menimbulkan kerusakan dimana-mana, utamanya kepada kualitas generasi. Akibatnya juga, pemuda terjerat kepada fun, food, fashion, film, dan faith tanpa memiliki kontribusi terhadap masyarakat sekitarnya.
Oleh karena itu, generasi muda harus mulai bersiap mengambil alih peran dalam kepemimpinan, membawa masyarakat ke arah kehidupan yang gemilang, dan meninggalkan kapitalisme.
Menilik kepada Islam, Islam menjadikan kehidupan berbasis keimanan, artinya bagaimana kehidupan yang dijalankan dalam rangka mendapatkan rida ilahi.
Pada hakikatnya, manusia termasuk pemuda, diciptakan untuk menjadi khalifah(pemimpin) di muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al Baqarah Ayat 30, bahwa "Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Sehingga, kelestarian bumi dan penghuninya (manusia), merupakan tanggung jawab manusia.
Oleh karena itu, selayaknya pemuda menyiapkan dirinya agar mampu amanah mengemban kepemimpinan ini.
Terkait ini, Imam Syafii pernah berkata: "hayaatul fata bil ilmi wal tuqa (hidupnya pemuda itu dengan ilmu dan takwa). Ilmu dan takwa, merupakan kata kunci yang dapat menjadi bekal pemuda meraih kepemimpinan.
Ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, akan mengantarkan pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Adapun takwa, menjadikan pemuda memiliki visi dan misi yang jelas dalam hidup, yaitu hidup sebagai hamba Allah SWT, dalam rangka taat terhadap aturan-aturanNya.
Dengan ilmu dan takwa inilah, Nabi SAW membina para sahabat, yang sebagian besar dari mereka berasal dari kalangan pemuda, sehingga menjadi pemuda yang kuat, salih, dan pemimpin yang tangguh.
Sebut saja Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khaththab, Sa’ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair, Thalhah bin Ubaidillah, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Haritsah, dan sebagainya.
Jauh sepeninggal beliau, Muhammad al-Fatih adalah satu contoh pemuda teladan di masa peradaban Islam. Di usianya yang masih belia 14 tahun, ia sudah hafal Al-Qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia. Di usia 21 tahun, ia menggantikan ayahnya sebagai kepala negara di Kekhalifahan Turki Utsmani. Selain itu, ia juga ahli taktik militer, rajin ibadah, bahkan tak pernah meninggalkan salat malam dan rawatibnya.
Berkat prestasi itulah, Allah Swt. memberikan kemenangan kepadanya dalam menaklukkan Konstantinopel yang kala itu bentengnya tidak bisa ditembus selama 750 tahun lamanya. Kekuasaan Byzantium yang adidaya saat itu takluk di tangan seorang Muhammad al-Fatih.
Dengan demikian, bermodal bekal ilmu dan takwa, pemuda masa kini pun akan mampu menjadi sosok yang kuat, salih, dan pemimpin yang tangguh.