TiNewss.Com - Pemuda adalah agen perubahan. Besarnya potensi pemuda, disampaikan Presiden pertama Soekarno melalui perkataannya yang terkenal, "Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia.” Kata-kata itu menunjukkan harapan bahwa masa depan sebuah peradaban atau bangsa itu ditentukan oleh para generasi muda saat ini.
Namun sistem kehidupan kapitalistik saat ini, menjadikan pemuda seolah sedang tertidur panjang. Pengaruh fun, food, fashion, film, hingga faith, menjangkiti pemuda.
Pemuda seolah menjadi sosok yang individualis. Alih-alih memikirkan kondisi masyarakat dan memberi solusi bagi mereka, malah berkutat hanya dalam memperoleh cuan sebanyak-banyaknya.
Padahal, kondisi masyarakat saat ini, bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja.
Misalnya, perkara stunting. Siapa mengira, di balik kekayaan alam yang luar biasa, Jawa Barat memiliki angka stunting yang masih tinggi.
Garut misalnya, sebagaimana disebutkan wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, terdapat 29.000 balita di Garut yang mengalami stunting berdasarkan laporan Tim Penanganan Stunting Kabupaten Garut hingga Selasa 21 Juni 2022.
Kota Bandung, meski mengalami penurunan dari tahun lalu, namun masih terdapat 7.658 balita di Kota Bandung masuk dalam kategori stunting. Jumlah itu sekitar 7 persennya dari total balita di Kota Bandung. (Kompas.com, 4/7/2022)
Tidak sekeren terdengarnya, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.