Mengisi musim liburan di masa lebaran banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Tentu ada banyak yang mengunjungi obyek-obyek wisata yang ada.
Dari berita yang ada, hampir semua obyek wisata dan restoran dipenuhi para pengunjung. Mulai obyek wisata yang bertiket mahal, sampai obyek wisata yang bertiket murah. Mulai dari restoran yang murah hingga rumah makan yang murah.
Semua tumpah ruah menghibur diri dan keluarganya di momen yang langka, dan hanya ada satu tahun sekali. Apalagi musim lebaran tahun ini merupakan musim lebaran yang tertunda selama dua tahun karena pandemi Covid-19 yang melanda semua belahan dunia, tak terkecuali Bangsa Indonesia.
Momentum membangun kebahagiaan bersama keluarga dan saudara bisa dengan berbagai cara, atau dengan yang lebih sederhana. Saya dan keluarga misalnya, mengisi liburan lebaran dengan merencanakan pergi ke sawah.
Liburan Lebaran di Sumedang dengan menyusuri sawah, tentu akan menyenangkan. Yang terbayang dalam pikiran adalah jalan menyusuri pematang sawah, dengan jalan yang licin, dan akhirnya makan di sawah bersama-sama dengan orang yang bekerja di sawah.
Ya itulah agenda yang Kami susun dan rencanakan. Menikmati liburan lebaran dengan sangat murah dan meriah.
Agenda ke sawah, tentu tidak ujug-ujug, tetapi berbarengan dengan agenda menyiangi padi yang baru beberapa minggu di tanam.
Bi Dede –orang yang sehari-hari mengolah sawah-- menyebut bahwa akan ngarambet (membersihkan rumput) di sawah pada tiga hari setelah lebaran. Dan jadwal inilah yang direncanakan istri saya untuk ke sawah. Menikmati jalan-jalan menyusuri sawah sambil bekerja dan melihat yang kerja.
Pada H+3 Lebaran, Bi Desti—kami menyebut begitu—pagi-pagi sehabis sholat subuh sudah siap-siap untuk menyiapkan makanan bekan untuk di bawa ke sawah. Tentu ada nasi, ikan asin, lalaban, kere ikan, bahan membuat sambal, kerupuk, dadar telor buat si bungsu, dan daging ayam.
Persiapan makanan dan minuman sudah selesai menjelang berangkat ke sawah. Para pekerja yang akan menyiangi sawah tentu sudah berangkat sejak pagi. Dan giliran saya, istri, anak dan ponakan yang akan berangkat ke sawah.
Sengaja berangkat ke sawah agak siangan dikit agar tidak ada reumis di rumput, matahari sudah mulai bersinar dan jalan tidak terlalu licin.
Perjalanan menuju sawah yang dituju ada sekitar dua kilo menyusuri jalanan licin di galengan sawah, atau di pinggir selokan.
Sehabis batas kampong, perjalanan mulai seru, karena si bungsu sedikit ketakutan melewati jembatan bambu. Agak besar jembatan bambu itu, tapi tetap saja si bungsu merasa ketakutan. Ya mirip permianan di arena bermain modern. Ada tantangan dan rintangan.
Artikel Terkait
Zulhas dan Roy Suryo Dampingi Anies Baswedan Sholat Ied di JIS, Tidak Terkait 2024?
Antisipasi Arus Balik, Menhub Imbau Warga Agar Balik Lebih Awal Atau Setelah Tanggal 8 Mei
Menhub Ingatkan Warga untuk Selalu Update Informasi Terkini dari Media Sosial Resmi Milik Operator Tol
Banjir Bandang Kembali Terjadi, Sungai Cihonje di Citengah Sumedang membawa Korban?
Ini Kronologis Gadis Asal Indramayu Jadi Korban Banjir Bandang Citengah Sumedang