Solusi Mengatasi Kenaikan Harga-harga

- Selasa, 19 April 2022 | 16:38 WIB

TiNewss.Com - Hampir setiap ramadan, harga bahan-bahan sembako mengalami kenaikan, yang akan bertahan bahkan terus naik menjelang Idul Fitri.

Misalnya, Harga cabai merah, pada awal bulan puasa hanya Rp50.000 per kilogram, naik menjadi Rp90.000. Demikian pula cabai rawit domba dan cabai hijau besar yang semula Rp40.000, naik menjadi Rp80.000 per kilogram. Demikian pula harga minyak goreng, ayam potong, daging sapi hingga telur, mengalami kenaikan harga.

Bagi ibu rumah tangga, tentu menjadi beban tersendiri, sebagaimana yang penulis rasakan. Dengan anggaran yang tetap, jumlah belanjaan menjadi berkurang.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Diperkirakan Akan Memaksa Perubahan Pada G20

Terpaksa, atur-atur menu yang lebih hemat agar gizi keluarga tetap terpenuhi, agar ibadah ramadan terutama anak-anak tetap dapat dijalani dengan baik.

Ada komoditas yang urung dibeli, karena anggaran tidak mencukupi. Meski demikian, rasa syukur atas segala nikmat yang diberiNya tetap harus diwujudkan di tengah keluarga.

Seharusnya, menurut penulis, kondisi ini bisa diantisipasi agar tidak terus berulang.

Baca Juga: Imbas Dari Perang Rusia Ukraina: Pertalite, Solar dan LPG di Indonesia Akan Ganti Harga

Namun, rupanya sistem kapitalisme saat ini, menjadikan pasar didominasi oleh satu pihak (monopoli) atau beberapa pihak(oligopoli). Sehingga, pihak-pihak ini dapat mengendalikan harga sesuai keinginan mereka. Apa yang terjadi pada harga minyak goreng, menjadi bukti akan hal ini.

Selain itu, ketergantungan kepada produk impor dalam memenuhi kebutuhan pangan, menyebabkan ketergantungan kepada harga internasional. Jika harga dunia naik, maka harga pasar dalam negeripun naik.

Kenaikan harga seharusnya tidak menjadi tren yang bersifat periodik, jika saja di temukan dan diantisipasi dengan cepat penyebabnya.

Baca Juga: Akses NIK dikenai Tarif Rp1000, Pengamat: Jangan Bebankan ke Masyarakat

Namun seringkali, fakta yang terjadi para pemangku kebijakan bertindak sekedar sebagai fasilitator, sehingga permasalahan tidak segera terselesaikan.

Prinsip untung rugi yang dianut kapitalisme, menjadikan pengaturan urusan masyarakat tidak diprioritaskan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau industri, menyebabkan komoditas hasil pertanian menjadi semakin berkurang. Ketergantungan kepada impor menjadi tidak dapat dielakkan.

Halaman:

Editor: Rauf Nuryama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Keasyikan Ngonten, Jangan Sampai Lupa Daratan

Kamis, 25 Mei 2023 | 07:44 WIB

Difteri Meninggi, Islam Punya Solusi

Senin, 13 Maret 2023 | 13:03 WIB

Jangan Ada Lagi Perempuan Putus Sekolah

Selasa, 14 Februari 2023 | 13:58 WIB

3 Alasan Perlu Belajar Adab Dulu Sebelum Ilmu

Selasa, 20 Desember 2022 | 14:35 WIB
X