Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengapresiasi SMK Mitra Industri MM2100 karena sudah melaksanakan pembelajaran secara link and match dengan fasilitas teaching factory yang lengkap hasil kerja sama bersama sejumlah perusahaan.
Dengan begitu, para siswa yang telah mendapatkan pendidikan dapat berdaya saing, dan mampu diserap lapangan kerja. (radarcirebon. com, 09/03/22)
Baca Juga: SoftBank Mundur dari IKN Sehari setelah Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Dilantik
Negara juga kerap mendorong masyarakat agar kreatif. Namun, pandangan kreatif pun sangat kental dengan segala sesuatu yang bisa mendatangkan keuntungan materi. Lahirlah konsep ekonomi kreatif yang didefinisikan sebagai proses penciptaan, kegiatan produksi dan distribusi barang maupun jasa yang dalam prosesnya memerlukan kreativitas dan kemampuan intelektual.
Dalam Statistik Ekonomi Kreatif 2020 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, terdapat 17 subsektor ekonomi kreatif, di antaranya yaitu aplikasi, musik, film, fotografi, fesyen dan seni. (kompas. com, 17/09/22)
Selama berkreasi yang bisa mendatangkan keuntungan, maka akan diberikan apresiasi dan dinilai berharga, meski bersebrangan dengan nilai-nilai agama. Misalnya saja, dalam pembuatan aplikasi, tidak diperhatikan apakah aplikasi tersebut mendidik atau tidak, berbahaya atau tidak, menjadi sarana pada kemaksiatan atau tidak. Dari sekian banyak aplikasi, di antaranya ada yang menjadi sarana judi online, prostitusi online, dan sebagainya.
Baca Juga: BPJPH Kemenang Tetapkan Label Halal, Download Logo Halal PNG di Sini!
Kemudian, seperti apakah kedudukan Indonesia di mata negara lain? Dengan potensi SDM dan SDA yang melimpah, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara kuat yang diperhitungkan.
Namun hal ini masih belum nampak. Indonesia justru menjadi sasaran empuk bagi negara-negara besar, untuk menancapkan hegemoninya. Baik dengan mengambil SDA-nya, maupun dengan memanfaatkan SDM-nya.
Jumlah SDM yang banyak dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan-perusahaan besar, termasuk perusahaan multinasional asing yang banyak berdiri di negeri ini. Tidak hanya itu, banyaknya jumlah penduduk juga dijadikan sebagai market untuk memasarkan produk-produk dari negara mereka. Entah kemana slogan cintailah produk Indonesia.
Beginilah kondisi negara ketika diatur oleh sistem kapitalisme demokrasi. Potensi besar yang dimiliki negara tidak bisa memberikan pengaruh apa-apa. Namun justru menjadi lahan empuk bagi negeri-negeri penjajah. SDMnya diekploitasi untuk kepentingan para kapital atau pemilik modal. SDAnya dikeruk untuk memperkaya negeri penjajah.
Sistem Islam Lahirkan Generasi Unggul
Berbeda jauh dengan sistem kapitalisme, sistem Islam memiliki pandangan yang mulia terhadap masyarakat.
Mulai dari memandang sebaik-baik manusia adalah mereka yang bertakwa, bukan yang bertahta atau yang berharta. Islam juga memiliki seperangkat aturan yang mampu mencetak generasi takwa. Generasi yang menjadikan negara yang kuat dan memiliki peradaban gemilang.
Artikel Terkait
Al Quran dan Perang Besar (Bagian ke 1)
Belajar dari Perang Ukraina, Alutsista itu Penting
Amalan dan Doa Nabi Sulaiman, Untuk Berharap Kekayaan dan Kerajaan (Keuasaan), Boleh di amalkan oleh Kita
Pasar Dgital, UMKM dan Kampung
Jembatan Cikuda Jatinangor, Riwayatmu Kini