Antara Petani, Padi dan Minyak Goreng

- Sabtu, 5 Februari 2022 | 20:42 WIB
Seorang petani saat memperlihatkan sawahnya
Seorang petani saat memperlihatkan sawahnya

Di Kampung itu nyaman dan tentram. Tapi akhir-akhir ini perbincangan masyarakat mulai rame, apalagi kalau bukan masalah minyak goreng.

Ibu saya cerita, katanya sehabis gajian ada yang nawarin minyak harganya Rp16.000,- . Menurut ibu saya, dan ibu saya dapat informasi dari yang tetangganya, bahwa bos Toko di desa tetangga masih banyak minyak gorengnya.  Dan dijual seharga Rp16.000,- . Tapi sekarang katanya sudah habis.

Baca Juga: Jimin BTS Sembuh dari Covid-19 dan Operasi Usus Buntu, Ini yang Akan dilakukannya Segera!

Ibu saya juga bilang, ada toko di tetangga desa yang lain,  masih ada minyak seharga Rp14.000,- seperti anjuran pemerintah. Katanya si Eneng yang bilang, dan besok akan disuruh membelinya.

Kehebohan ibu saya, juga menjadi heboh Mang Engkus. 

Mang engkus diomeli istrinya bahwa minyak goreng langka. Bukan hanya langka tapi gak ada. Kalaupun ada harganya selangit.

Baca Juga: 'Big Match' Inter Milan vs AC Milan Malam Nanti, Laga Layak Tonton di Akhir Pekan!

Menurut Mang Engkus kalaupun ada minyak goreng seharga Rp19.000,- per liter.

Menurut Mang Engkus harga segitu lebih mahal dibanding harga padi yang ia tanam.

Padi hanya Rp5000,-per kg. Jadi kalau mau membeli satu liter minyak goreng harus menjual padi sebanyak 4 kg. Ini menyesakkan dada. Petani, menurutnya selalu ada di posisi tak berdaya.

Berkaca dari dua pengalaman tadi pagi, dapat kita memahami bahwa seorang petani tidak memiliki posisi tawar untuk mempertahankan harga padinya. Harga padi tidak pernah naik, padahal harga pupuk dan upah makin melambung.

Baca Juga: 3second Sumedang Lakukan Soft Launching, Bagaimana Dengan Isue Perizinan dan Pelanggaran Cagar Budaya?

Sehabis panen, ternyata kebutuhan hidup dengan harga yang melambung. Kehidupan sosial semisal yang hajatan nikahan, sudah merasa kecil ketika memberi amplop Rp50.000,- . Padahal Rp50.000,- sama dengan padi sebanyak 10 kg. 

Inilah yang membuat kesejahteraan petani ini sangat kecil. Maka pantas jumlah kemiskinan akan selalu meningkat, karena harga hasil pertanian tidak menguntungkan petani

Halaman:

Editor: Asep D Darmawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jenis Kelamin dan Kesuksesan

Selasa, 21 Juni 2022 | 06:55 WIB

Pasar Dgital, UMKM dan Kampung

Kamis, 3 Maret 2022 | 14:35 WIB

Belajar dari Perang Ukraina, Alutsista itu Penting

Minggu, 27 Februari 2022 | 05:45 WIB

Antara Petani, Padi dan Minyak Goreng

Sabtu, 5 Februari 2022 | 20:42 WIB

Halu dan Tikukur

Rabu, 1 Desember 2021 | 07:27 WIB
X