Percaya tidak, di jaman yang sudah serba canggih seperti hari ini, dan berbagai pembangunan insfrastruktur yang terus digalakan, namun masih ada rakyat yang rumahnya belum tersentuh listrik? Sungguh ironis!
Berdasarkan dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, masih terdapat 1.023.947 kepala keluarga belum memiliki meteran listrik/menyalur, serta sebanyak 107.017 kepala keluarga yang belum berlistrik. (pikiran-rakyat. com, 12 November 2021).
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat meluncurkan program CSR Jabar Caang melalui skema corporate social responsibility (CSR).
Baca Juga: Peranan Guru Dalam Memulihkan Pendidikan Akibat Pandemi COVID-19
Program yang diluncurkan pada tahun 2019 ini telah berhasil menyambungkan listrik terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 21.335 rumah tangga dengan melibatkan 10 mitra CSR dan di tahun 2020 telah terealisasi sebanyak 2.200 kepala keluarga dengan 36 mitra CSR pelaku usaha di Jawa Barat.
Pada tahun ini target kegiatan CSR Jabar Caang sebanyak 5.000 kepala keluarga dengan pelaksanan 3 tahapan untuk batch pertama sebanyak 289 kepala keluarga dan batch kedua dilaksanakan sebanyak 298 yang tersebar di 5 kabupaten, 5 kecamatan dan 7 desa. (pikiran-rakyat. com, 12 November 2021.
Mencari Akar Persoalan Listrik
Sekilas, kita melihat program tersebut bagus. Hanya saja, yang menjadi pertanyaan, mengapa selama ini listrik belum bisa menjangkau semua lapisan masyarakat? Mengapa pula pemerintah harus melibatkan perusahaan dalam menyelesaikan masalah listrik ini? Dan apakah program CSR Jabar Caang ini mampu menjadi solusi untuk masalah listrik rakyat?
Baca Juga: Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal, Cara Dajjal Menguasai Dunia (bagian kedua, Seri Eskatologi Islam)
Jika kita melihat realitas secara menyeluruh, maka kita akan mendapati sebuah kesimpulan bahwa permasalahan listrik ini merupakan salah satu tanda adanya ketimpangan pembangunan di negara kita, terkhusus Jawa Barat.
Mengapa dikatakan demikian? Sebab faktanya, Jawa Barat selama ini begitu jor-joran dalam aktivitas pembangunan infrastruktur. Bahkan beberapa menjadi proyek besar yang kerap dibangga-banggakan. Namun nyatanya, di balik semua itu, ada hal krusial yang masih belum tertuntaskan.
Peneliti senior di Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan bahwa masih banyak penduduk tidak memiliki akses layak untuk mendapatkan energi akibat tingkat pendidikan yang rendah, kondisi ekonomi yang lemah, dan lokasi tempat tinggal mereka yang berada di daerah terpencil (The Conversation, 22 April 2020.
Baca Juga: Misteri Pertemuan Dua Lelaki di Cadas Pangeran Sumedang
Selain itu, adanya liberalisasi listrik juga menyebabkan masyarakat kehilangan akses pada listrik. Paryono (2018) menyebutkan bahwa liberalisasi bidang energi kelistrikan di Indonesia dimulai pada tahun 2000-an. Tahun 1990-an banyak berdiri IPP (Independence Power Producer) dengan kesepakatan korup memaksa PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk membeli listrik dengan harga berlipat.
Artikel Terkait
Pahlawan Nasional Cut Nyak Din Dalam Pengasingan
Sekilas Gamelan Parakansalak
Pangeran Aria Suriaatmaja, Pahlawan Pinggiran Yang Berwawasan Lingkungan
Efektivitas OPOP Bagi Pesantren
Narasi Mobil Listrik Ala Ahok