Tidak banyak diketahui, sejak kapan gamelan Parakansalak ini berganti nama menjadi Gamelan Sari Oneng, Parakansalak. Sebab pada arsip terakhir, yaitu surat dari Administratur Parakansalak, MOA Huguenin, tertanggal 20 April 1957, gamelan ini hanya disebut sebagai Gamelan Parakansalak. Cukup simpel, identitas ini hanya menunjuk pada satu jenis ansambel gamelan yang berada di perkebunan teh Parakansalak, Sukabumi. Pemilik dan pemrakarsa pembuatan gamelan ini adalah keluarga Holle yang juga merupakan pemilik perkebunan tersebut. Pada tahun 1825, gamelan Parakansalak dibuat di Sumedang dan rancaknya, sesuai dengan lambang-lambang yang ada, menurut cerita dibuat dari kayu besi di Muangthai (Cina).
Tercatat dalam sejarah, keluarga Holle merupakan kebangsaan Belanda yang sangat mencintai musik gamelan dan bahkan piawai memainkan alat musik gamelan. Melalui pemikirannya juga, di akhir pekan dibuatlah program tur perkebunan Parakansalak, dimana, saat rehat dari kegiatan touring ini, gamelan Parakansalak ditabuh sebagai hiburan bagi para pengunjungnya, yang sebagian besar adalah tuan dan noni Belanda.
Bahwa sudah banyak diulas tentang kiprah gamelan ini di dunia Internasional, yaitu: 1883 ikut Pameran Internasional di Amsterdam dalam rangka Pameran Teh sedunia; lalu, 1889 ikut promosi teh di Paris yaitu Exposition Universelle; 1893 ikut pameran teh di Chicago, Amerika. Namun yang dipenting dipahami adalah: tujuan awal pameran ini adalah perdagangan teh di dunia Internasional. Adapun gamelan dan perkampungan Sunda-Jawa dibawa serta ke pameran tersebut sebagai latar budaya keberadaan perkebunan teh tersebut. Ketiga pameran tersebut adalah pameran terbesar sepanjang sejarah asia-erofa pada waktu itu dan sangat fenomenal.
Baca Juga: Pahlawan Nasional Cut Nyak Din Dalam Pengasingan
Namun demikian sejarah berkata lain. Pada tahun 1942, pemerintahan beralih dari Hindia Belanda ke Jepang, yang mulai menjajah Indonesia. Bersamaan dengan itu pula, kejayaan konglomerat Belanda di Indonesia melemah bahkan hilang sama sekali. Tak terkecuali perkebunan teh Parakansalak, termasuk juga peran gamelan Parakansalak sebagai aset perkebunan.
Pada masa pendudukan Jepang ini, pembuatan senjata sangat diutamakan. Bahan logam banyak dicari untuk pembuatan senjata. Melihat kejadian seperti ini, Bupati Sukabumi, R. A. A Soeriadanoeningrat saat itu dengan sigap menyelamatkan gamelan Parakansalak agar tidak dilebur menjadi senjata. Sungguh peran yang luar biasa, yang andai tidak dilakukan, gamelan Parakansalak tak akan lagi ditemukan oleh generasi hari ini. Dan pada akhirnya, gamelan ini diserahkan dari administratur perkebunan teh Parakansalak kepada R.A.A Soeriadanoeningrat sebagai penghormatan atas jasa besar yang telah dilakukan.
- Setelah R.A.A Soeriadanoeningrat meninggal dunia pada tahun 1975, para ahli waris menitipkan gamelan Parakansalak di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Menurut hemat penulis, terdapat tiga alasan mengapa gamelan ini dititipkan di Sumedang:
gamelan Parakansalak dibuat di Sumedang; - R.A.A Danoeningrat lahir di Tomo, Sumedang, dan mempunyai trah yang kuat dari menak dan raja Sumedang, bahkan dimakamkan di Sumedang;
- Sumedang mempunyai tradisi gamelan keraton yang terpelihara sampai hari ini.
Baca Juga: 10 Nama-nama Pahlawan Nasional yang Berasal dari Jawa Barat, 1 Diantaranya Perempuan
Tiga hal ini cukup kuat untuk dijadikan alasan penyimpanan gamelan Parakansalak. Ada kekuatan historis yang melandasi keberadaan gamelan Parakansalak di Sumedang, yaitu: awal pembuatan gamelan, lalu bali geusan ngajadi dan trah R.A.A Soeriadanoeningrat, kemudian konteks budaya gamelan keraton yang terpelihara dengan baik. Dengan demikian, kalau hari ini terjadi upaya untuk memindahkan gamelan ke luar Sumedang, bahkan sempat terdapat isyu akan disimpan
di museum nasional; maka dapatlah dikatakan bahwa semua upaya ini adalah a historis dan cenderung emosional.
Sudah 46 tahun gamelan ini berada museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Dengan kemampuan yang ada, pihak yayasan, dalam hal ini mulai dari Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) sampai pada Yayasan Nazir Wakaf Pangeran Sumedang (YNWPS) sebagai pengelola museum berusaha terus agar gamelan Parakansalak tetap terjaga dengan baik. Amanat titipan itu sepertinya terus dijalankan dengan segala kemampuan yang ada. Pemerintah daerah pun berusaha keras menjaganya, bahkan mencoba mereaktualisasikan peran gamelan ini di dunia Internasional.
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah Sumedang dan pihak YNWPS adalah pergelaran Impressions Universelles to celeberate the 130th anniversary of the Eiffel tower, the 1889 Paris World Fair and the “Kampoeng Javanais” pada tahun 2019 yang lalu di Aula Simponia Jakarta. Pergelaran ini dikurasi oleh Gabriel Laufer, seorang konductor, kurator, musisi, komponis, peneliti asal Prancis.
Artikel Terkait
Gamelan Sari Oneng Parakan Salak Akan Pindah Ke Museum Nasional.
Terkait Frederika Alexis Cull, Puteri Indonesia 2019 Keturunan Keraton Sumedang Larang, Nonky Beri Klarifikasi
Kisruh Kasus Frederika Alexis Cull, Biro Hukum Keraton Sumedang Larang Angkat Bicara
Gamelan Sari Oneng Parakan Salak, Diambil Paksa oleh Ahli Waris dan YPS Dari Museum Prabu Geusan Ulun
Terkait Pengambilan Paksa Gamelan Sari Oneng Parakan Salak, Ini Pernyataan Sikap Dewan Kebudayaan Sumedang