Perjuangan Syekh Imran Hosein Merintis Ilmu Akhir Zaman (Seri Eskatologi Islam)

- Rabu, 15 Desember 2021 | 06:03 WIB
Maman Supriatman, Penulis Buku Kosmologi Islam. (TiNewss)
Maman Supriatman, Penulis Buku Kosmologi Islam. (TiNewss)

 

"Dengan metodologi mempelajari Alquran yang tepat, kita akan menemukan dalam Alquran penjelasan tentang apa yang terjadi di dunia." (Syekh Imran, 2021).

Ketika diterima bekerja di Kementerian Luar Negeri Trinidad & Tobago, usianya menginjak 29 tahun, jauh di atas rata-rata pegawai seangkatannya yang berusia 21-22 tahun. 

Kementerian lalu memberinya beasiswa untuk kembali ke Universitas dan belajar Hubungan Internasional.

Sewaktu menjadi mahasiswa Institut Hubungan Internasional di Universitas Hindia Barat, Perdana Menteri Trinidad & Tobago ketika itu adalah Dr. Eric Williams, seorang yang anti-imperialis yang tidak ingin Trinidad & Tobago menjadi budak Amerika Serikat. 

Baca Juga: Epistemologi Majma Al Bahrain (bagian ke-3)

Jadi dia beralih ke Swiss yang merupakan negara netral, dan meminta Pemerintah Swiss yang memiliki Lembaga Pascasarjana dalam Studi Internasional di Genewa, sebuah lembaga tertua dan paling terkenal di Eropa, agar mendirikan cabang di Trinidad. 

Setelah keluar persetujuan dari Pemerintah Swiss, Institut ini berada di bawah kepemimpinan lokal, dan Pemerintah Trinidad memilih Dr. Leslie Manegat sebagai Direktur. Dia berasal dari Haiti. Tidak ada bagian lain dari Karibia yang melawan penindas lebih dari Haiti, yang telah mengalahkan Prancis dan mendirikan Republik Kulit Hitam independen. 

Dr. Leslie adalah guru yang luar biasa, memiliki gelar Ph.D, dan mengajar sejarah politik dunia, sejarah peradaban barat modern, imperialisme politik dan imperialisme ekonomi. Semuanya merupakan subjek baru, dan karena itu merupakan salah satu pengalaman yang paling menarik dalam hidupnya. 

Baca Juga: Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berangkatkan 19 KK Transimgran asal Sumedang ke Aceh dan Kalteng

Selama satu tahun di Institut Studi Islam Internasional di Trinidad, telah memperkokoh bangunan fondasi keilmuannya, selain dari wawasan Alquran yang diperoleh sebelumnya dari gurunya Maulana Muhammad Fazlur Rahman Ansari. 

Institut ini adalah Program Pascasarjana selama satu tahun, dimana para mahasiswanya berasal dari Inggris, Kanada, Amerika, Prancis dan Eropa lainnya. Mereka memandang rendah orang dengan gelar dari Pakistan, karena mereka berasal dari berbagai Universitas terkemuka. 

Maka ketika mereka mendengar bahwa ada mahasiswa dengan profil Sarjana dari Pakistan, mereka heran, apa yang bisa dilakukan seorang ulama di tempat pelatihan para diplomat. 

Tetapi ketika kelas dimulai, mereka mendapat kejutan, karena Syekh Imran menyapa mereka dengan pendekatan yang mereka tidak miliki, yaitu pelatihan dari Alquran yang diperoleh sebelumnya dari gurunya, yang telah memberinya kapasitas berfikir untuk menemukan dari Alquran subjek-subjek yang bisa menjelaskan dunia modern.

Halaman:

Editor: Asep D Darmawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menyingkap Misteri Pelepasan Ya'juj-Ma'juj

Selasa, 18 April 2023 | 04:14 WIB

Adab Pembelajar Al-Qur'an

Sabtu, 15 April 2023 | 20:26 WIB

Metodologi Mempelajari Al-Qur'an bagi Pemula

Sabtu, 15 April 2023 | 10:21 WIB

Tantangan Al-Qur'an Yang Tidak Akan Pernah Terjawab

Selasa, 11 April 2023 | 20:40 WIB

Meraih Taubat Nashuha di Bulan Ramadan

Selasa, 11 April 2023 | 15:22 WIB

Mu'jizat dan Keajaiban Al-Qur'an

Selasa, 11 April 2023 | 04:40 WIB

Dajjal, Alat Uji Keilmuan Islam

Sabtu, 8 April 2023 | 08:56 WIB

Baitul Izzah, Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar

Kamis, 6 April 2023 | 20:46 WIB

Ramadhan Mengajari Kita untuk Hidup Bersama Bulan

Selasa, 4 April 2023 | 17:56 WIB
X