"Dengan metodologi mempelajari Alquran yang tepat, kita akan menemukan dalam Alquran penjelasan tentang apa yang terjadi di dunia." (Syekh Imran, 2021).
Ketika diterima bekerja di Kementerian Luar Negeri Trinidad & Tobago, usianya menginjak 29 tahun, jauh di atas rata-rata pegawai seangkatannya yang berusia 21-22 tahun.
Kementerian lalu memberinya beasiswa untuk kembali ke Universitas dan belajar Hubungan Internasional.
Sewaktu menjadi mahasiswa Institut Hubungan Internasional di Universitas Hindia Barat, Perdana Menteri Trinidad & Tobago ketika itu adalah Dr. Eric Williams, seorang yang anti-imperialis yang tidak ingin Trinidad & Tobago menjadi budak Amerika Serikat.
Baca Juga: Epistemologi Majma Al Bahrain (bagian ke-3)
Jadi dia beralih ke Swiss yang merupakan negara netral, dan meminta Pemerintah Swiss yang memiliki Lembaga Pascasarjana dalam Studi Internasional di Genewa, sebuah lembaga tertua dan paling terkenal di Eropa, agar mendirikan cabang di Trinidad.
Setelah keluar persetujuan dari Pemerintah Swiss, Institut ini berada di bawah kepemimpinan lokal, dan Pemerintah Trinidad memilih Dr. Leslie Manegat sebagai Direktur. Dia berasal dari Haiti. Tidak ada bagian lain dari Karibia yang melawan penindas lebih dari Haiti, yang telah mengalahkan Prancis dan mendirikan Republik Kulit Hitam independen.
Dr. Leslie adalah guru yang luar biasa, memiliki gelar Ph.D, dan mengajar sejarah politik dunia, sejarah peradaban barat modern, imperialisme politik dan imperialisme ekonomi. Semuanya merupakan subjek baru, dan karena itu merupakan salah satu pengalaman yang paling menarik dalam hidupnya.
Baca Juga: Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berangkatkan 19 KK Transimgran asal Sumedang ke Aceh dan Kalteng
Selama satu tahun di Institut Studi Islam Internasional di Trinidad, telah memperkokoh bangunan fondasi keilmuannya, selain dari wawasan Alquran yang diperoleh sebelumnya dari gurunya Maulana Muhammad Fazlur Rahman Ansari.
Institut ini adalah Program Pascasarjana selama satu tahun, dimana para mahasiswanya berasal dari Inggris, Kanada, Amerika, Prancis dan Eropa lainnya. Mereka memandang rendah orang dengan gelar dari Pakistan, karena mereka berasal dari berbagai Universitas terkemuka.
Maka ketika mereka mendengar bahwa ada mahasiswa dengan profil Sarjana dari Pakistan, mereka heran, apa yang bisa dilakukan seorang ulama di tempat pelatihan para diplomat.
Tetapi ketika kelas dimulai, mereka mendapat kejutan, karena Syekh Imran menyapa mereka dengan pendekatan yang mereka tidak miliki, yaitu pelatihan dari Alquran yang diperoleh sebelumnya dari gurunya, yang telah memberinya kapasitas berfikir untuk menemukan dari Alquran subjek-subjek yang bisa menjelaskan dunia modern.
Artikel Terkait
Gubernur DKI Jakarta Bangga Menjadi Tuan Rumah Festival Kopi dan Tahu Sumedang
Menteri Teten Masduki Siapkan 'Rencana Besar' untuk UMKM di Kabupaten Sumedang
Bupati Sumedang Raih Penghargaan Anugerah Tokoh Jawa Barat 2021
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berangkatkan 19 KK Transimgran asal Sumedang ke Aceh dan Kalteng
Epistemologi Majma Al Bahrain (bagian ke-3)