TiNewss.com - Sebagai sebuah kabupaten, Sumedang berkembang dari sebuah kerajaan Islam. Pada tahun 2021, Sumedang merayakan hari jadi yang ke 443 tahun dengan sendirinya merujuk kepada angka tahun 1578 yang diperkirakan tanggal 22 April saat terjadinya peristiwa penyerahan mahkota Binokasih, sebagai simbol kebesaran Pajajaran kepada Raja Geusan Ulun. Sementara, menurut pendapat Hardjasaputra, berdirinya kabupaten Sumedang diawali dengan diangkatnya Raden Suriadiwangsa sebagai bupati oleh Sultan Agung dari Mataram pada tahun 1620.
Usia 443 tahun merupakan usia yang panjang bagi perjalanan sejarah kehidupan di sebuah kabupaten. Terlepas dari kontroversi hari jadi sebuah kabupaten, perkembangan sejarah kabupaten Sumedang sebagai sejarah lokal tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan sejarah nasional. Terdapat banyak peristiwa dalam sejarah lokal menjadi bagian penting dalam sejarah nasional sebagai wujud keterlibatan perjuangan rakyat Sumedang baik pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, revolusi kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan sampai upaya mengisi kemerdekaan.
Kekayaan sejarah Sumedang ditunjukkan dengan berbagai peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh wilayah Sumedang dalam berbagai bentuk sumber sejarah baik berbentuk tulisan, tradisi lisan serta artefak dalam berbagai bentuk benda-benda tinggalan sejarah. Selain memiliki kekayaan sejarah, Sumedang juga memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal yang masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat tradisional, karena masyarakat sendiri masih merasakaan manfaatnya.
Berbagai peristiwa dalam sejarah lokal dengan sendirinya tidak bisa dipisahkan dari peranan besar dari tokoh dalam perstiwa itu sendiri. Tampilnya sosok pemimpin baik sebagai raja maupun bupati yang memerintah di Sumedang memiliki cara dan gaya berbeda dalam mengendalikan pemerintahannya. Pemimpin yang tegas, merakyat, rela berkorban, mengutamakan kepentingan umum, kepedulian kepada lingkungan serta upaya untuk mencerdaskan masyarakat dengan mendirikan lembaga pendidikan merupakan banyak contoh nilai-nilai kepemimpinan yang sejatinya menjadi karakter positif yang bisa dijadikan teladan bagi masyarakat Sumedang dalam upaya mengatasi berbagai persoalan sehari-hari baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan.
Kenyataan di lapangan berbagai peristiwa dalam sejarah lokal Sumedang luput dalam pembelajaran sejarah di tingkat persekolahan. Dengan berbagai alasan guru sebagai pengembang kurikulum di tingkat persekolahan tidak memanfaatkan fungsinya dengan baik. Kekhawatiran akan tidak sejalan atau keluar dari kurikulum yang ditetapkan menjadi salah satu alasan sulit untuk mengintegrasikan sejarah lokal dalam materi sejarah di tingkat persekolahan. Di samping itu peranan pemerintah daerah masih belum dirasakan pengaruhnya dalam pengembangan sejarah lokal untuk kepentingan pendidikan sejarah.
Lahirnya Peraturan Daerah no 1 tahun 2020 tentang Sumedang Puser Budaya Sunda sejatinya menjadi kebijakan strategis untuk mengimplementasikan nilai-nilai budaya Sunda yang tentunya di dalamnya terkait perjalanan sejarah Sumedang sebagai pedoman bertindak dan berprilaku dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Memperingati hari jadi Sumedang yang ke 443 tentu merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kembali akan perjalanan sejarah berdirinya sebuah kabupaten. Di samping itu lembaga pendidikan menjadi tempat yang tepat untuk melakukan transformasi nilai-nilai sejarah lokal kepada generasi muda, serta belajar banyak dari nilai-nilai yang diajarkan generasi pendahulunya. Harapan besar melalui kebijakan Sumedang Puser Budaya Sunda, pemerintah aktif berkolaborasi dengan komponen pendidikan untuk memikirkan sejarah lokal sebagai muatan lokal yang dapat menjadi bagian dari kurikulum di tingkat persekolahan, agar generasi muda tidak kehilangan jejak sejarahnya serta bangga menjadi bagian dalam sejarahnya.
*) Penulis adalah guru sejarah SMAN 1 Sumedang dan Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Sumedang