Tahun 1945, dia mulai karir di militer saat bergabung menjadi Tentara Keamanan Rakyat. Tidak lama bergabung, dia menjadi Kepala Staf Polisi Militer di Yogyakarta.
Sebagai tentara berprestasi, Parman pernah menjadi Staf Gubernur Mililter di Kabodetabek, lalu berhasil mengagalkan Pemberontakan Angkatan perang Ratu Adil (APRA) dibawah Raymond Westerling.
Parman mendapat kesempatan sekolah polisi Militer di Amerika. Beberapa jabatan penting sempat diemban beliau, seperti atase militer di London (Inggris), sebelum kembali ke Tanah Air dengan jabatan Asisten Intelijen bagi KSAD Jenderal Ahmad Yani.
Baca Juga: Wow, Benarkah 60 Ribu Tiket Konser Dewa19 Ludes dalam 1 Jam? Ini Faktanya
30 September 1965, menjadi penutup sejarah kehidupan Mayor Jenderal Siswondo Parman. Dia diculik oleh pasukan Cakrabirawa yang berafiliasi dengan PKI. Dia ditembak mati dikawasan Lubang Buaya, lalu dibuang secara keji oleh mereka ke sumur di Lubang Buaya.
Setelah ditemukan tanggal 4 Oktober, Mayor Jenderal TNI Siwondo Parman dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, dan mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Revolusi.***
Artikel Terkait
Profil Jenderal TNI Ahmad yani, Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI
Profil Brigjen TNI DI Pandjaitan, Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI
Profil Mayjen TNI MT Haryono, Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI
Profil Mayjen TNI R Suprapto, Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI
Profil Mayjen TNI Sutoyo Siswomihardjo, Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI
Profil Kapten Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi Korban Keganasan G30S PKI