TiNewss.Com - Bagi pembaca yang bertanya kapan 1 Muharram 1444 H, jatuh pada tanggal berapa di Tahun Masehi 2022? Redaksi TiNewss akan mengulasnya, berdasarkan pada SKB 3 Menteri dan juga mengulas sejarah 1 Muharam.
Berdasarkan pada Surat Keputusan Bersama atau SKB 3 Menteri yakni Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, tentang Hari Libur dan Cuti Bersama tahun 2022.
SKB 3 Menteri tersebut ditandatangani oleh Yaqut Cholil Qoumas, Ida Fauziyah dan Tjahjo Kumolo (alm), pada 22 September 2021.
Dalam SKB 3 Menteri tersebut dijelaskan bahwa Tahun Baru Islam 1444 Hijriyah adalah pada 30 Juli 2022, yang jatuh pada hari Sabtu.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Kemenag) Kamaruddin Amin membenarkan bahwa tahun baru Islam atau 1 Muharram 1444 H jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022. Hal tersebut disampaikan Kamarudin pada pada Rabu 27 Juli 2022.
Penentuan dimulainya suatu hari atau tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, suatu hari tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, suatu hari tanggal dimulai saat terbenamnya Matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun sesuai rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah semakin pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada letak bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari berpadanan dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, adalah jarak terjauh selang bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlanjut 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion).
Dari sini terlihat bahwa usia bulan selalu berubah melainkan berganti-ganti (29 - 30 hari) sesuai dengan letak ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak).
Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga letak hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, karenanya jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari.