• Sabtu, 30 September 2023

Peranan Guru Dalam Memulihkan Pendidikan Akibat Pandemi COVID-19

- Kamis, 25 November 2021 | 09:21 WIB
Peranan Guru dalam Memulihkan Pendidikan Akibat Pandemi COVID-19 (Dok.@pixabay)
Peranan Guru dalam Memulihkan Pendidikan Akibat Pandemi COVID-19 (Dok.@pixabay)



Sudah dua tahun terakhir ini, hari Guru yang biasa diperingati oleh seluruh bangsa Indonesia pada setiap tanggal 25 Nopember dilakukan secara berbeda. Pada tahun yang lalu, disaat pandemi COVID-19 mencapai puncaknya, peringatan Hari Guru Nasional dilakukan secara virtual.

Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia mengeluarkan pedoman untuk memperingati Hari Guru Nasional tahun 2021 dengan tema “Bergerak dengan Hati Pulihkan Pendidikan Indonesia” dapat dilakukan secara tatap muka dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

Sejarah lahirnya hari guru itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari hari lahirnya organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 Nopember 1945. Sedangkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), merupakan organisasi yang awalnya berasal dari Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang didirikan tahun 1912, kemudian berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Penggunaan nama Indonesia dalam organisasi guru, menunjukkan keinginan yang kuat untuk memajukan pendidikan bagi bangsa Indonesia.

Baca Juga: Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal, Cara Dajjal Menguasai Dunia (bagian kedua, Seri Eskatologi Islam)

Sesuai dengan tema Hari Guru tahun ini “Bergerak dengan Hati Pulihkan Pendidikan Indonesia”, ada harapan untuk memulihkan Pendidikan Indonesia yang tentunya tidak bisa dipisahkan dengan dampak dari pandemi covid 19. Selama pandemi covid 19 praktis pendidikan berlangsung secara online / daring dengan tujuan menekan penyebaran covid 19 sekaligus menyelamatkan pendidikan bangsa Indonesia agar tetap dapat dilangsungkan.

Sistem pembelajaran online / daring yang diberlakukan pada awal pandemi covid 19 mengagetkan semua pihak (culture shock), baik pihak sekolah, guru, orang tua serta masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Kondisi ini disebabkan karena sistem pendidikan di Indonesia belum terbiasa dilakukan secara online / daring.

Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara online / daring, praktis peranan guru dalam melangsungkan pembelajaran sangat bergantung kepada penggunaan teknologi, begitupun dengan peserta didik. Sehingga dengan demikian teknologi digital dengan berbagai teknologi pendukungnya menjadi sangat penting seperti ketersediaan layanan internet.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022, Bank Indonesia Proyeksikan tumbuh 4,7-5,5 Persen

Berbagai persoalan akhirnya bermunculan selama kurang lebih hampir empat semester pembelajaran online / daring dilaksanakan. Persoalan yang muncul bukan hanya disebabkan oleh ketersediaan dari perangkat teknologi itu sendiri, akan tetapi lebih banyak disebabkan ketidak siapan secara psikologis baik guru, peserta didik maupun orang tua. Hal ini disebabkan oleh perubahan yang sangat drastis, dari pembelajaran yang dibimbing oleh guru secara langsung menjadi pembelajaran yang lebih menekankan pembimbingan penuh oleh orang tua.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik baik di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah merupakan generasi pengguna teknologi yang sudah tidak diragukan lagi dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Akan tetapi secara umum tidak dikategorikan sebagai pengguna teknologi yang baik. Mereka merupakan penikmat teknologi, yang pada akhirnya hanya menjadi generasi yang konsumtif. Sebagian besar waktu mereka digunakan untuk membuka smartphone dengan aplikasi sosial media, dan hanya sedikit saja waktunya digunakan untuk membuka aplikasi pembelajaran.

Persoalan lain yang sangat penting yang dihadapi peserta didik adalah perubahan siklus waktu tidur selama pembelajaran online/daring. Sebagian besar peserta didik membuka smartphone hingga larut malam, yang seharusnya digunakannya untuk tidur. Hal ini akan berakibat terhadap pembelajaran daring yang harus diikutinya pada esok harinya. Berbagai alasan umum yang biasa disampaikan peserta didik akibat tidak siap mengikuti pembelajaran online/daring adalah tidak bisa buka kamera karena ruksak, kuota habis, jaringan internet tidak stabil serta HP atau laptop ruksak.

Baca Juga: Viral: Oknum Anggota TNI dan Polri Baku Hantam di Ambon, POM DAM XVI/Pattimura Turun Tangan

Apabila diteliti lebih lanjut, nampak jelas bahwa akibat yang ditimbulkan dalam pembelajaran online/daring, juga menyangkut pembentukan karakter peserta didik yang sangat sulit dipantau khususnya oleh guru. Pembelajaran online/daring sejatinya akan menumbuhkan karakter mandiri, tanggung jawab, kreatif dan inovatif pada akhirnya dikhawatirkan akan melahirkan generasi “rebahan” yang tidak produktif.

Dengan demikian melalui Hari Guru Nasional tahun 2021 serta menyongsong pembelajaran tatap muka kembali dibuka, persoalan-persoalan yang terjadi pada masa pembelajaran online/daring harus menjadi perhatian semua pihak. Untuk memulihkan pendidikan kembali normal sesuai harapan, penting bagi kita semua khususnya guru untuk memperhatikan beberapa hal.

Halaman:

Editor: Rauf Nuryama

Artikel Terkait

Terkini

China Dukung Langkah Indonesia dalam Melindungi UMKM

Jumat, 29 September 2023 | 21:08 WIB

Kaesang Ajak ABJ Nyaleg PSI: Asal Ada Kemauan

Kamis, 28 September 2023 | 16:50 WIB
X