Terkait Kritik Anies untuk Kendaraan Listrik, Benar kata Ahli: Memperbanyak Transportasi Publik

- Jumat, 19 Mei 2023 | 07:14 WIB
Seorang Pakar lulusan Harvad dan pernah bekerja di Bank Dunia, Afu menyebut yang dibutuhkan adalah memperbanyak transportasi publik. (Tangkap layar Tik Tok @Kangyoto)
Seorang Pakar lulusan Harvad dan pernah bekerja di Bank Dunia, Afu menyebut yang dibutuhkan adalah memperbanyak transportasi publik. (Tangkap layar Tik Tok @Kangyoto)

TiNewss.Com--Akhir-akhir ini heboh terkait kendaraan listrik yang mendapat kemudahan dari pemerintah berupa pemotongaan harga dengan diberikannya subsidi. Hal ini dilakukan agar masyarakat berbodong-bondong untuk membeli kendaraan listrik.

Tentu kebijakan ini mendapat kritikan dari Calon Presiden 2024 dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan. Menurut Anies, bukan jumlah kendaraan pribadi yang harus diperbanyak, justru kendaraan listrik publik yang harus diperbanyak. 

Ternyata apa yang disampaikan seorang pakar alumni Harvad dan pernah bekerja di Bank Dunia, Afu Tami sependapat dengan Anies Baswedan. Menurutnya, yang harus dilakukan adalah memperbanyak kendaraan/transportasi publik bukan memperbanyak kendaraan pribadi.

Baca Juga: Sumedang Siapkan Sentra Industri Hasil Tembakau, 3 Kecamatan Ini Dibidik, Apa Saja Keuntungannya?

"Yang penting tentunya menurunkan emisinya, bukan ngebanyakin-ngebanyakin kendaraan listriknya. Jadi kalau paradigma transportasi yang benar, itu nomer satunya justru adalah mengurangi kebutuhan kendaraan pribadinya sendiri. Jadi solusi sebenarnya adalah memperkuat membangun besar-besaran transportasi publik. Jadi kebutuhan punya mobil pribadi atau kendaraan pribadi jauh lebih kecil," kata Afu Tami aktivis Think Policy, seperti TiNewss.Com kutip dari akun Tik Tok @Kangyoto.

Menurut Afu, yang harus dilakukan adalah memperbanyak kendaraan publik dan mengurangi kendaraan pribadi. Kedua pembangunan tata letak kota yang membuat kita tidak perlu jalan jauh-jauh, sehingga tidak membutuhkan kendaraan.

"Jadi dengan tata kota lebih baik, orang bisa jalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan terakhir bila semua sudah dibangun dengan benar dan tetap membutuhkan kendaraan pribadi maka harus dilengkapi dengan elektrifikasi, tetapi jangan lupa sumber buat ngecasnya juga jangan dari batu bara," lanjut Afu.

Baca Juga: MenPAN RB Azwar Anas Meminta Kerja Birokrasi harus beriorientasi pada Dampak

Ketika menjaawab pertanyaan Kangyoto, apakah kalau narasinya menurunkan emisi dengan memperbanyak kendaraan listrik itu bisa menyesatkan atau ke jalan yang benar arahnya? Afu menjawab, itu menyesatkan.

"Sangat menyesatkan. Maksudnya itu salah satu bagian dari tadi tapi harus lengkap. Jadi seolah-olah kita  sebenarnya menu solusinya tuh kayak gini nih besar. Tapi justru kita hanya fokus pada salah satu menu solusi yang justru bisa menyesatkan karena kita jadi butuh tambang nikel lebih banyak buat baterai, kita jadi butuh untuk ngecasnya," ujar Afi.

Lebih lanjut Afu mengatakan bahwa jika sousinya tidak lengkap, maka ini hanya model bisnis saja yang berubah.

Baca Juga: Hampir Gagal Nyaleg, Ini Kasus Partai Gelora dan Partai Garuda di Sumedang

"Sebenarnya bisnisnya sama, sekarang ini disebutnya kapitalisme hijau. Jadi dia berkedok seolah-olah tentang menurunkan emisi dan sebagainya, tapi ujungnya tetap kapitalisme dan profit," ujar Afu.*

-------------------------

Halaman:

Editor: Asep D Darmawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X