Mengangkut kopi
Jurnal Abah menuturkan, setelah jalan selesai, manfaatnya banyak sekali. Salahsatunya adalah untuk sarana pengangkutan kopi dari Sumedang.
Baca Juga: Pondok Seni Pangandaran Akhirnya Dikelola PT Jaswita Jabar
Hal itu diketahui dari makalah Djoko Marihandono berjudul “Mendekonstruksi Mitos Pembangunan Jalan Raya Cadas Pangeran 1808: Komparasi Sejarah dan Tradisi Lisan”. Joko adalah pengajar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Makalah ini dibuat pada April 2008.
“Dari interpretasi yang diperoleh, tampak bahwa elit pribumi pada umumnya mendapatkan keuntungan dari adanya jalan ini. Banyak ucapan terimakasih dan menawarkan jasanya bila diperlukan lagi,” tulis Jurnal Abah.
Sumedang, menurut catatan lain, pada masa itu, memang sudah mengembangkan tanaman kopi untuk selanjutnya dikirim ke Belanda. Salahsatu wilayah yang diketahui pernah jadi pusat kopi adalah Desa Gudang Kecamatan Tanjungsari.
Baca Juga: Google Doodle Hari Ini Mengingatkan Kita ke Ibu Kasur, Pendidik dan Pencipta Lagu Itu
Menurut Jurnal Abah, sekitar 100 tahun kemudian, pada 1908 dibangun jalan baru di bawah bukit sebelah selatan pada masa Bupati Pengeran Aria Suria Atmaja (Pangeran Mekah). “Jalur lama itu kini sepi, jarang ada yang menggunakannya,” tuturnya. ***
Artikel Terkait
Doktor Pendidikan Sejarah Pertama Perempuan: Pentingnya Sejarah Sumedang
Guru Sejarah SMAN Situraja Lauching Buku Jejak Sejarah Sumedang